10 November, Sepatu

Selasa, 10 November 2009


Sejuta langkah, sepatu menemani hari-hariku hingga usang dan terkelupas. Tahun lalu sepatu ini tak bersamaku,dengan yang lain ia menari. Terpajang di toko sepatu di etalase biru itu. Minggu lalu aku juga kelabu, seperti malam ini yang gelap dan rintik hujan. Menanti detik-detik hari jadiku,kala itu 11-11-88. Makna angka satu yang tak bergerak. Seperti angka 0 yang tetap memiliki komponen makna dan aku juga tetap sama. tak bertambah 1 centi, juga tak bertambah 1mili.Mungkin sama tak bermakna, namun ada cerita haru biru, seperti kemoceng yang hilang datang dan kembali. Berdebu dan tertata rapi, seperti rapinya rambut yang disisir dengan jari.

Aku ingin perubahan, seperti laju-laju kota yang bertambah bising dengan kesesakan dan keramaian. Seperti langit yang selalu ditemani awan dan matahari. Aku ingin bersama dia, tertawa, bermain dan belajar. Meriah mimpi dan cita-cita kami, hingga tua rapuh tak berdaya. Seribu tahun merayakan 1 hari setelah 10 November bersamaku, ceria. Layaknya senyum rumput dan semak belukar yang tak pernah mati oleh alam. Walau kering usang dan tak hijau, tapi tetap berdiri tegap dan bertiup andai.

Dia tahu aku tahu. Dia yang membantuku untuk optimis
dia yang membantuku untuk tersenyum

tapi aku tak mengertii
mungkinn di balik itu ada maksud, bermakna semantik yang tak kuketahui
karena mungkin aku awal dan polos
lemah dan tak tahu
apa itu ketulusan

Untuk dia yang ku ingin ia pelajari bait-bait ketulusan.

Seperti ibu peri yang dengan setia menyihir
Menghapus gelap-gelap kegelapan
abu-abu yang menyamarkan.

Malam ini.
Ku kaitkan makna-makna ketulusan. Rajutan semangat motivasi, dan guratan-guratn asa yang baru. Untuk 1 episode dari periode kehidupanku. Tapi kini aku tahu, aku butuh sepatu baru. yang membawaku ke langit2 baru kehidupan dengan ribuan cita dan tujuan.