CERPEN Jeruji Besi dan Burung Gereja

Selasa, 26 Januari 2010


doc foto: felino-feno.blogspot.com

“ Aku duduk tersudut!”
Mengosongkan pikiran dan bingung mencari jalan keluar. Aku duduk dipojok sudung sawah yang kering namun hijau. Mataku tertuju pada awan dan langit biru, melamum sedikit memikirkan nasip dan masa depan. Tertegun merapatkan kaki dan menopang dagu dengan betisku yang hitam.
Warni namaku, tapi kurasa hidupku ini tak seindah namaku. Ku harap seharusnya hidupku lebih berwarna-warni. Aku hanya seorang gadis desa yang tinggal didaerah kampung yang terkenal dengan hijaunya alam.
Ku alihkan pandanganku pada seekor burung gereja kecil, ia bertengger di pohon kecil dekat perbatasan petak-petak sawah. Andai aku bisa sebebas burung itu, bisa melakukan apapun yang aku inginkan, sehingga besok aku bisa pergi ke kota dan meraih mimpiku. Ku kaburkan impian itu dalam renung hatiku, karena keterbatasanku. Asa itu lenyap, saat ku tahu aku tak dapat restu Bapak, hingga kini aku terkurung dibalik jeruji besi rumahku dan kampungku. Tapi aku sadar apalagi keterbatasan lingkup ekonomi keluargaku. Bapak hanya seorang petani yang sederhana dan ibu hanya seorang ibu rumah tangga yang sesekali berdagang, ibuku hanya seorang penjual gorengan di pasar.
“Nik’ panggil seorang wanita dari kejauhan. Wanita setengah baya dengan kulit keriput dan kering termakan matahari. Itu adalah emak, seorang ibu yang selalu menyayangiku.
“Ayo kita pulang nak!
‘Iya mak, ucapku sambil bergegas menghampirinya.”
“Ada apa denganmu Nik? Kenapa kamu melamun.
“Tidak apa Mak!” ucapku berbohong.
“Ini, ucap emak sambil mengeluarkan dompet lusuh dari saku dibajunya.
“Untuk apa ini Bu!
Ibu tak berkata apapun, ia hanya tersenyum dan menunjukan seekor burung yang terbang diangkasa.
Raih dan kejarlah mimpimu nak!
Aku tersenyum dan mengetahui benar apa yang ibu maksudkan.
* * *
Shubuh hendak menjelang, aku telah terjaga dan duduk di kamarku yang kusam dan pengat. Ku perhatikan tas yang ada disebelahku, tas telah kujejali beberapa pakaian dan buku. Aku pun telah mandi dan berwudhu, telah ku kenakan pakaian terbaiku untuk berpergian menggejar mimpi. Sebenarnya mimpiku sederhana, aku ingin bisa kuliah di kota dan menjadi orang sukses. Seperti Rien temanku anak Juragan Mahdi. Dulu waktu di SMA dia adalah kakak kelasku. Walaupun kadang ia keras kepala dan susah di atur tapi ia gadis yang cerdas, dan sekarang ia kuliah di kota dengan uang kuliahnya juga dibiayai oleh pemerintah. Oleh karena itu, aku ingin seperti dia, dan sungguh aku pun ingin bertemu dengannya di kota. Tapi, mimpiku itu terhalang oleh Bapak. Beliau khawatir jika aku tinggal sendiri di kota. Jadi hingga kini aku tak mendapat restu. Hal ini juga dikarenakan ketakutan Bapak, Bapak cemas jika hal itu terjadi lagi. Dulu kakakku Dayat pergi merantau ke kota dan hingga kini kami tak tahu di mana rimbanya. Dengan alasan itulah ayah melarangku untuk pergi dan mengurungku di jeruji besi kampung desa ini.
Tak lama kemudian terdengar suara Adzan, dan aku telah siaga. Aku sholat dan memohon untuk kemudahan jalanku meraih impian. Melepaskan diri dari jeruji besi dan semua keterbatasanku. Aku hendak ke kota dan mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa untuk bisa kuliah di sebuah universitas. Sebenarnya tujuanku adalah menjadi seorang guru. Aku pun memutuskan untuk ikut tes tersebut dan menjadi mahasiswa. Aku berencana kuliah untuk menjadi seorang guru SD dan di kota aku hendak tinggal di asrama mahasiswa. Relung rencana ini telah menjadi impianku selama ini, dan sekarang aku memulai perjalananku. Aku keluar rumah dan menuju balai desa tempat dimana aku janjian dengan Bang Juki.
Lama aku melangkah dan ku temukan Bang Juki dengan Pak Sardi. Mereka tersenyum kepadaku dan langsung memberikan aba-aba kepadaku untuk menuju ke angkot kecil yang terpakir di jalan. Kedua laki-laki ini bergegas dan melangkah mengikutiku. Bang Juki adalah saudara jauh ayahku,beliau bekerja sebagai tukang di sebuah Pabrik dikota Pak Sardi adalah seorang sopir angkot yang bertugas membawa barang-barang kiriman dari kota. Ia pulang ke desa karena ingin mengunjungi orang tuanya yang sudah lama tak ia temui. Singkat cerita, kedua laki-laki ini mau mengajakku serta diperjalanan singkat ini atas permintaan Emak.
* * *
Aku tiba di kota, dan aku tinggal bersama keluarga Bang Juki yang sederhana. Bang Juki bekerja di sebuah Pabrik dan istrinya seorang pedagang pakaian di pasar. Bang Juki dan istrinya serta anaknya Indah yang masih kecil menurutku sangat ramah dan menyenangkan. Sebuah keluarga yang hangat dan damai menurutku. Walaupun mereka hidup dengan sederhana di kota.
Senang sekali hatiku dan kini aku benar-benar menjadi burung gereja yang meraih mimpi. Melebarkan sayap dan terbang bebas menghirup udara. Mencari jati diri dan menggapai mimpi. Mengukir semuanya dari bawah dari nol dan semua pengorbanan hidupku. Tak rela harus meninggalkan ayah yang sakit-sakitan dan kondisi Emak yang juga kadang kelelahan jika terlalu banyak bekerja. Menurutku inilah hidup penuh cobaan, pengorbanan dan perjuangan. And I hope this wishes the best of me. I believe it!.
Hari ini aku diantar Bang Juki ke kampus untuk mengikuti tes, kami pergi dengan angkot dan dengan perasaan gugup aku menuju ke tempat itu. Aku senang dan sungguh aku sangat berterima kasih pada Bang Juki dan Rien, karena atas bantuan mereka aku dapat mengikuti tes ini. Rien dan Bang Juki kesana kemari mengurus administrasinya. Jujur dengan kerja kerasnya aku dapat memperoleh izin Emak untuk pergi ke kota. Ya, walauupun tanpa sepengetahuan Bapak. Sedih memang, tapi jerih payahku tak sia-sia. Aku ingat betul, dulu Emak berjanji jika aku mampu lulus SMA dengan nilai yang bagus, maka Emak akan membantuku kuliah. Hasilnya aku lulus SMA dengan mendapat nilai terbaik dan tertinggi, dan ku rasakan senang sekali kala itu. Memang pada awalnya Emak ragu tapi karena Emak jenuh dengan tingkahku yang selalu membujuk dan mencari perhatiaanya hingga ia bosan dan memberi aku restu. Seingatku dulu aku selalu rajin membantunya, baik hanya sekedar pekerjaan rumah tapi juga membantu ia berjualan dipasar saat waktu senggangku. Mungkin karena kerasnya sifatku dan gigihnya semangatku hingga Emak sekarang benar-benar mendukungku.
Aku ingat betul kala itu, aku rela tidak ikut acara perayaan dikampungku karena aku menggantikan Emak berjualan di pasar. Padahal dulu aku tak pernah absen pada acara yang di selenggarakan 2 tahun sekali itu. Sebenarnya itu memang kewajibanku membantu Emak, tapi Emak tahu aku sangat ingin pergi ke acara itu. Satu lagi, aku memaksakan diri untuk tetap pergi ke sekolah padahal aku sakit. Gawatnya lagi, sore harinya aku membantu Emak dan Bapak di sawah hingga sakitku bertambah parah kala itu. Lain lagi saat itu aku rela menyisihkan uang jajanku untuk membeli buku, Emak marah sekali padaku karena aku menderita sakit gara-gara sering tidak makan siang, uang jajan yang diberikan Emak aku sisihkan. Padahal Emak juga rajin memberikan aku buku jika ia mempunyai uang lebih. Ingin sebenarnya ku ucapkan terima kasih ini pada Emak. Ia adalah wanita yang berperan dengan dalam prestasiku dan pendidikanku.
* * *
Setelah beberapa hari aku bergulat dengan buku, soal-soal dan jawaban yang membingungkan. Hari ini aku pulang ke desa, aku hendak menunggu kabar di rumahku saja dan mengucapkan terima kasih pada Emak. Terkadang aku berpikir tak apa jika aku tak lulus, setidaknya aku telah berusaha dan nantinya aku bisa bersama Emak selamanya di desa. Pagi ini aku pulang dengan Pak Sardi, aku menumpang mobilnya lagi. Senang betul perasaanku, setelah berhari-hari mengenali kota yang sangat berbeda jauh dengan desaku.
Lama dan akhirnya aku tiba di rumah. Aku melangkah masuk dan kutemukan Bapak. Ia berbaring di tempat tidur dan lemah. Wajah tuanya tampak tak berdaya, matanya yang sendu menatapku. Aku menangis melihat kondisi Bapak, ia tampak tak berdaya atas sakit yang di deritanya. Aku meraih dan memeluknya, ku lihat air mata disana. Saat ini hatiku pilu dan tak ku temukan lagi mimpi yang dulu ku rajut itu. Ingin rasanya ku buang jauh mimpi itu. Sekarang aku berpikir apa pun yang terjadi nanti aku akan tetap menjadi burung gereja yang terkurung di jeruji besi hingga diriku tua. Tetap mencari dirumpun dan disawah tanpa pernah lagi tuk memikirkan menjadi wanita dewasa yang cerdas dan sukses.
Tak ada daya lagi, berhari-hari ku habiskan waktu bersama Bapak. Aku merawatnya dengan baik, dengan setulus kasih sayang dan rasa bersalahku. Pergi tanpa seizin beliau adalah salah satu penyesalanku. Ku rasa kali ini tak ada lagi senyuman, hanya ada hati yang sakit dan hancur retak seribu oleh keinginannku dan asaku.
Beberapa waktu telah berlalu, dan jujur hari yang sebenarnya ku nantikan adalah hari ini. Menunggu janji Bang Juki, yang sebenarnya sangat kuharapkan dengan setengah hati. Dengan rasa bimbang dan takut atas apa yang akan terjadi berikutnya.
Sore itu Bang Juki datang. Ia membawa sepucuk surat mimpiku. Koran yang usang dan kotor, aku tahu itu adalah koran hasil pengumuman tes yang telah aku ikuti. Ku ingat terakhir Bang Juki mengatakan, ia akan ke desa dan membawa kabar baik untukku. Tapi, sekarang untukku tak ada yang lebih penting lagi, karena hari-hariku hanya untuk Bapak. Aku tak kan pergi lagi, walaupun sekarang kondisi Bapak telah membaik. Sedetik pun aku tak ingin meninggalkannya.
Bang Juki duduk di samping Bapak. Ia sedikit lelah dan aku bisa lihat ia juga tampak tua. Tapi, senyum terukir dibibirnya dan aku tahu beliau membawa kabar baik itu. Lama aku menunggu dan ku dengar ucapan itu. Aku lulus dan diterima sebagai mahasiswa.
Bapak, hanya diam dan Emak menangis, sedangkan aku tanpa ekspresi. Aku melamum dan berpikir, tapi telah ku putuskan tak kan meninggalkan Bapak dan Emak. Suasana kembali hening, hanya terdengar desak tangis ibu.
“Nik, pergilah dan raih mimpimu! Jangan pulang sebelum jadi sarjana nak” ucap Bapak pelan tanpa mampu ku dengarkan.
Aku menangis, sekeras-kerasnya dalam hati. Menderu dan berbaur banyak hal dihati ini seperti berkecamuk dan memilukan. Oh….. apakah yang harus aku lakukan, ucapku dalam hati sambil menundukkan kepala. Tanpa sadar aku hanya menitikan air mata. Tak ku kira Bapak berkata seperti itu, begitu kerasnya Bapak dulu tidak mengizinkan aku. Tapi kini, dengan sedikit pelan ku dengar restu yang dari dulu kuharapkan. Sebuah tiket untukku mengejar mimpiku telah kudapatkan.
* * *
Pagi kini, aku kembali berdiri di sawah, sambil memperhatikan ibu yang sibuk dengan lumpur. Melihat matahari pagi yang cerah dan berani. Menyongsong udara dan angin yang semilir.
Kerjaku tak bagus pagi ini, mungkin tak ada gunanya aku membantu Emak. Jujur pikiranku berkutat pada burung gereja yang berterbangan di langit dan di tepi pepohonan serbang. Dalam hati kecilku aku tetap bermimpi dan bermimpi. Pada impianku menjadi seekor burung gereja yang bebas dan melayang. Tapi, ada titik hitam yang menghalangi. Rasa yang membebaniku dan memberatkanku. Bingung, seperti berada di sudut jalan yang ku tahu jalan tujuannya tapi aku tak punya kendaraan untuk melaluinya.
Siang nanti Bang Juki kembali ke kota, haruskah ku biarkan hal itu terjadi. Tanpa diriku ikut bersamanya? Tak kusadari Emak berdiri di sebelahku, ia menyadari ternyata bahwa kerjaku tak bagus pagi ini.
‘Kau lihat itu nik?’ tanya Emak sambil melihat sekumpulan burung gereja yang terbang dan hinggap kian kemari di pohon.
“Aku lihat Mak!’
“Dirimu sama seperti itu, ada kalanya burung hinggap dan terbang kian kemari. Suatu saat mereka akan pergi ke tempat yang lebih nyaman dan meninggalkan rumah mereka yang sekarang mereka tempati’. Mungkin suatu saat pohon itu akan kering dan sumber makanan disekitar sini akan berkurang maka mereka harus pergi untuk tetap bertahan hidup. Mencari tempat yang lebih nyaman dan hijau.
“Tapi, Mak. Aku ingin tetap disini’, ucapku sambil menghela napas, sedangkan Emak hanya tersenyum dan menggangukkan kepala sambil menangis pelan terharu.
“Emak tahu, tapi apakah kau tidak ingin mewujudkan cita-cita Bapak?’ Bapak ingin kau kembali dan menjadi sarjana”.
Ku anggukkan kepala dan ku yakinkan diri kali ini, aku menangis dan tersenyum dalam pelukan Emak.
* * *
Kali ini dengan restu Bapak, aku melangkah meraih mimpi. Aku berkemas dan pamitan pada mereka. Bapak dan Emak yang ku cintai. Siang ini aku berangkat bersama Bang Juki, dengan membawa kunci untuk menuju pintu gerbang cita-citaku.
“Pergilah Nik, nanti pulang bawakan sinyal untuk Bapak!”
“Apa Pak, sinyal’ ucapku bingung.
“Itu lho…. alat yang sering di pakai Si Deno, anaknya Pak Haji Darman, yang bentuknya kotak. Dia sering bilang ke Bapak, coba kalau ada sinyal. Pasti benda itu bisa di pakai.
“Oh… olah….. itu mah HP Pak, ucap Bang Juki.
“Aku tertawa” mendengar itu. Tak ku sangka desa memang jauh berbeda dengan kota.
Sekarang dan kini aku pergi serta nanti aku akan bawakan sinyal untukmu Bapak!
Mungkin kisahku tak begitu syarat makna, tapi aku sadar akan gigihnya sebuah perjuangan dan pengorbanan. Kala tangan ini tak mampu meraih apa yang kau sayangi tapi ada mata ini yang akan membicarakan bahwa begitu indahnya cinta dan kasih sayang.

Selesai

Budayaku Inspirasiku


doc Foto nasiragun.com

Nuansa masjid yang megah, merupakan perpaduan antara motif 2 budaya. Dari khas Palembang dan budaya unsur China. Dari sejak dulu masjid itu berada i jantung kota Palembang sebagai saksi mati perkembangan dan kehidupan kota Palembang awalnya yang dulunya hanya sederhana hingga kini begitu besar dan megah. Berdiri dengan kokoh di hiruk pikuk kota Palembang. Di kanan kiri mobil dan kendaraan lain berlalu lalang, ramai dengan pertokoaan yang menemani suasana. Seluruh aktivitas masyarakat terlihat begitu sibuk dan ramai. Kalanya macet mendera dan masyarakat tersu berktivitas ria. Nuansa masjid dengan beberapa paduan yang unik, motif ukiran palmbang, dan di hiasi dengan tepuian taman yang menghijau. Pohon-pohon yang tertata rapi, lampu-lampu yang menyinari dan suara merdu yang berasal dari masjid.
Mungkin di pikir orang biasa tapi ada kalanya begitu luar biasa. Adanya budaya Jum’at yang unik dan apik. Siang dikala semua kaum adam sholat jum’at disana. Dengan penuh ramai dengan para jema’ah. Mobil-mobil dan kendaraan berhenti dan berbaris rapi di sudut-sudut mesjid. Berbaris rapi kala adzan berkumandang.
Ada kejadian yang jarang ku perhatikan, tapi unik menurutku. Setelah para jema’ah usai sholat. Ku lihat di pinggiran masjid, hampir diseluruh tepi dan sudut. Disekitaran tempat parkir dan di pinggir jalan raya. Bermunculan para pedagang yang kadang semua orang tak tahu asalnya. Uniknya para pedagang hanya mucul di kala hari jum’at. Para pedagang yang merupakan pedagang kaki lima menjajakan jualannya. Ramai hingga pinggiran mesjid seperti pasar. Banyak yang di dagangkan disana, pakaian, sepatu, kain makanan dan lain-lainnya. Tapi, dagangannya hanya untuk kaum pria. Lalu uniknya pula yang menjadi pembeli hanya para jema’ah yang usai sholat jum’at. Mereka makan, dan memilih barang-barang, mungkin menghilankan penat setelah bekerja atau beraktivitas.
Unik pikirku, tak ayal kaum pria dikenal tidak begitu suka belanja. Tapi, disana hampir semuanya pria. Tak aneh mungkin dipikikan, tapi jika diperhatikan cukup menyenangkan. Kemudian, para pedagang itu tak bertahan begitu lama. Jika waktunya usai, para jama’ah sepi dan kembali beraktivitas maka para pedagang pun menghilang. Mereka hanya berjualan hanya beberapa jam saja. Karena begitu ramainya mungkin menjadi pusat perhatian dan itulah tradisi unik di sekitar mesjid di kala hari Jum’at.

Penjelalahan di Aliran Sungai Musi hingga Pulau Kemaro


Doc Foto: ratnakumara

Alur air yang deras, percikan air sungai memancar. Mengghempas tepian ketek dan terdengar sayu suara ombak bergemuruh pelan. Dengan sebuah ketek yang cukup penuh penumpang. Kami menyewa ketek itu untuk sebuah perjalanan yang spesial. Pagi ini kami menyusuri tepain sungai Musi, berawal dari Benteng Kuto Besak yang berada di pusat kota kami berlayar menuju sebuah Pulau yang cukup terkenal di Palembang. Sudah lama memang hendak mengarungi sungai tercinta ini. Namun, tak ada selang waktu yang memberi, hingga kini kami bisa menuju sebuah pulau yang melegenda di palembang. Ya, Pulau Kemaro, pulau yang terkenal dengan nuansa Tiong Hoa, dan budaya adat Tiong Hoa yang berasimilasi dengan kebudayaan khas Palembang.
Lama di perjalanan, kami memperhatikan derunya ombak, semilir air dan tepian sungai Musi yang ramai. Kapal-kapal besar yang menggunung berlayar dan menepi, kapal-kapal tongkang hilir mudik, dan ada pula perahu-perahu nelayan kecil serta di tepian terlihat rumah-rumah kayu yang berbaris. Terlihat dari kejauhan berbagai aktivitas di mulai dari anak-anak yang berenang dan bermain di tepi. Ibu-ibu dan orang-orang yang memancing, atau beberpa pekerja mendulang pasir dari kapal ke daratan. Banyak aktivitas disana menunjukan bahwa sungai Musi merupakan awal dan pusat kehidupan.
Unik memang tampak sebuah rumah rakit yang mengapung, seperti kapal yang hendak berlayar namun tetap tak bergerak namun hanya berayun-ayun. Sungai Musi yang indah yang panjng dan berliku dengan 9 muara anak sungai yaitu disebut Batang Hari 9 yang berpendar di seluruh Sumatra Selatan.
Lama, hingga tampak dari kejauhan sebuah Pulau yang kecil dan terasing. Terlihat beberapa pepohonan, bangunan kuno khas Tiong Hoa serta sebuah Pagoda raksasa. Pagoda yang menjulang tinggi ditengah pulau yang indah itu. Tak lama ketek pun menepi, kami naik dan langsung menghampiri sebuah kuil kono. Indah tampak warna merah menyala menghiasi, kuning dan corak khas budaya Ting Hoa. Yang dulunya tak begitu di perhatikan masyarakat sekitar. Lam memperhatikan dan selanjutnya perhatian tertuju pada Pagoda besar itu. Indah memang tampak kemegahannya yang menjadi lambang unsur budaya. Yang mengingatkan kita pada asal bangsa kita yang dulunya di jajah dan di kunjungi oleh orang-orang dari berbagai bangsa.
Ada legenda mengenai Pulau itu, bagaimana asal mula terciptanya. Menrut cerita pada zaman dulu. Ada seorang laki-laki yang Tiong Hoa yang kaya dan ia berpacaran dengan putri dari Palembang. Tak ayal banyak yang tak merestui mereka. Hingga sang pemuda berlayar dan mencari emas sebanyak-banyaknya untuk sang Putri. Tapi, ditengah perjalanan, pemuda itu tenggelam di sungai karena hendak menggambil emas-emas yang akan terjatuh dan sedihnya sang Putri terus menunggu. Hingga suatu saat sang Putri pun menenggelamkan diri ke sungai. Dan menurut legenda pulau Kemaro muncul dan menjadi daratan yang merupakan tempat sebagai lambang cinta dan makam sang putri.

Budayaku Inspirasiku

Pekan Raya Jakarta Bukan Sekedar Perayaan
Tapi Sebuah Budaya dan Tradisi







Malam itu, di waktu senggang di kala liburan atau mungkin tugas dinas dari kampus kami menyempatkan diri tu singgah di acara Pekan Raya Jakarta. Setelah kunjungan resmi ke Redaksi Koran yang terkemuka di Jakarta malam harinya dapat kami nikmati salah satu unsur budaya yang tercipta atas perkembangan zaman. Awalnya bingung?? Apa sih PRJ (Pekan Raya Jakarta) tapi setelah ku kunjungi aku tahu. Disana bukan hanya sekedar surga belanja, atau ajang meraup bertriliun rupiah dan menghambur-hamburkan dana, atau hanya sekedar dunia hidup matinya tingkat ekonomi. Bahkan nukan pula untuk tempat hura-hura semata, tapi dari segi lain ku perhatikan sebagai mahasiswa yang kritis dan cinta atas budaya serta karakter bangsa. Aku tahu nilai positifnya, disana ajang pamer mengenai unsur-unsur bangsa yang di miliki setiap daerah. Karkater utama atau ciri khas suatu daerah dipamerkan dan di luapkan, dari setiap stan-stan khusus dari 33 provinsi di Indonesia. Dengan hal ini bukan hanya perkenalan pada sumber daya atau produk-produk khusus daerah. Misalnya dari segi penghasilan dan penjualan atau pula sekedar kerajinan tangan bahkan makanan khas, semua itu adalah faktor yang ingin di tunjukan bahwa bangsa Indonesia begitu beraneka ragam. Dari segi kebudayaan, tradisi, kebiasaan dan ciri serta karakter umum menunjukkan bahwa begitu indah dan beranekaragaman bangsa kita. Itulah yang ku ingat kala itu, pada awalnya yang ku pikirkan barang apa yang harus ku beli dengan berjuta-juta barang yang di jual, serta mana yang harus ku pilih dari beribu-ribu penjual yang menjajakan barangnya.
Perhatikanlah, menurutku dari kunjungan tersebut ku ketahui unsur-unsur budaya, ciri khas dan karakter suatu daerah. Ya, walaupun tidak mendetail dan menyeluruh seperti saat kita mengunjungi atau menjelajahi suatu daerah. Tetapi ini adalah salah satu wujud cinta kita pada bangsa ini, menunjukkan pada anak cucu kita nantinya bahwa begitu beranekaragamnya bangsaku.
Lama perjalananku malam itu, bersama semua teman-temanku. Pengalaman yang menyadarkanku bahwa Indonesia dekat, serupa sama, tapi berbeda. Memiliki perbedaan dan persamaan yang berfungsi menyatukan. Jadi aku yakin, tak hanya barang belanjaan yang ku dapatkan kala itu, tapi pengetahuan baru tentang negeriku dan wujud cinta dari bangsa Indonesia untuk selalu menjaga negeriku.

Nuansa Senja di Benteng Kuto Besak


Biasa memang jika hanya melewati kota Palembang dan hanya sepintas memperhatikan Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak ( BKB). Tapi, jika aku perhatikan secara seksama dan telah ku jalani perjalanan itu aku bangga apa yang ada pada kotaku tercinta itu.
Di sore itu setelah aku disita waktu atas kesibukannku, ku sempatkan diri tuk menghampiri nuansa indah itu. Aku duduk di pinggir tepian sungai Musi. Ku perhatikan sepintas lalu, ku rasakan ada angin sepoi yang menghelai rambutku. Suara ombak yang kecil dan sayup-sayup terdengar. Hiruk-pikuk kegiatan di tepian sungai Musi memang terasa membisingkan. Disana-sini ramai orang berceloteh riang, ada juga para pedagang, dan turis local yang memperhatikan alam sekitar.
Dulu ku pikir tempat ini biasa, tapi saat aku disini benar-benar berbeda. Ku perhatikan budaya sekitar. Ada sekumpulan ada kecil yang bermain di tepi sungai. Mereka tawa lepas berlari riang kemari. Apalagi disudut sana sungai dangkal. Terlihat pula tepian yang jarang ku lihat. Ada lagi yang menarik perhatian para nelayan yang mengitari sungai mencari ikan. Kapal-kapal barang yang melintas dan perahu ketek berjalan kesana kemari di pinggiran sungai. Ku tahu perahu itu ada yang terkadang berdagang, mereka menjual makanan yaitu makanan khas dari Palembang pempek dan model. Mereka menjajakan pada nelayan atau pun turis yang sedang menikmati menaiki perahu ketek.
Angin semakin berhembus, lalu ku perhatikan jembatan megah yang menjadi ciri khas kota ku itu. Ku pikir awalnya biasa, karena hampir tiap hari kulalui jembatan itu. Tapi unik menurutku, saat melihat bentuk dan megahnya jembatan itu kala ku perhatikan dari sisi sungai. Mobil-mobil ramai yang melintas di atas jembatan, seperti berbaris rapi. Mereka berjalan dan melangkah berlawanan arah namun serentak. Bak parade barisan polisi.
Ku perhatikan lagi, di sudut sana. Kuperhatikan matahari senja yang menyengat mata. Kuning berkilauan seperti emas. Menderu menyilaukan mata, tapi menggugah perasaan. Tak ku sangka indah nian matahari di kala senja ini. Apa lagi suasana masih sejuk, karena baru saja hujan membahasi. Anggun dan menawan menurutku matahari itu, membawa perasaan tenang dan bahagia. Tak ku sangka sebelumnya begitu nyaman disini.
Ku alihkan lagi pandanganku. Kali ini ke arah bangunan megah dan indah. Berukiran dan bermotif khas Palembang. Dari gerutan jendela dan pintu-pintu, serta atap yang berwarna coklat mendayu. Benar-benar paduan etnik yang berkarakter. Ku tahu bangunan itu adalah museum. Asri damai dan tenang dengan hiasan pohon dan bunga. Membawa kesejukan dan kedamaian. Oh… Kotaku, tampak indah nian dirimu di senja ini. Tak ayal sebelumnya ku pikir kau hanya biasa saja. Tapi tersimpan berjuta keindahan dan karakter yang melambangkan budaya dan ciri khas kota ku yangwajib ku agungkan.
Perhatianku hilang lagi, saat ada beberapa pengamen yang mendekat. Mereka menyanyikan sebuah lagu. Ku dengar dengan seksama, dan ku tahu mereka bukan anak-anak jalanan. Dari pakaian mereka yang tampil indah, dan menurutku mereka sekumpulan pemuda yang juga ingin eksis dan menunjukan taringnya dengan menyanyi.
Lagu pertama usai, dan mereka bernyanyi lagi. Tapi kali ini berbeda melihat selebaran yang ku pegang. Kala itu aku memegang selebaran dari Ungu. Mereka berinisiatif menyanyikan lagu CiDaHanya Ungu. Senang aku di kala itu, ternyata mereka mempersembahkan lagu yang ku suka. Saking senangnya, aku meminta mereka memegangs selebaran itu dan ku minta untuk di foto. Dengan senang hati mereka tersenyum. Senang dan mengagumkan menurutku, tak ada yang lebih terbaik ku lakukan untukku selain membanggakan kota indah tempat kelahiranku.

BUDAYAKU INSPIRASIKU




Sudut Kecil di Kota Jakarta
(Fatahillah dan Senyuman Negeriku)

Pagi itu, sebelum kami mengunjungi Universitas Trisakti kami menyempatkan diri singgah di Museum Sejarah Jakarta. Tak begitu terpikirkan biasanya untuk mengunjungi tempat itu. Terkadang kita lebih memilih ke tempat rekreasi atau tempat indah yang menyejukan mata. Tapi kali ini kami singgahi sesuatu yang menjadi asal mula negeriku.
Tapi, kali ini sebenarnya tujuan utama kami adalah Kunjungan Redaksi ke beberapa Media di Jakarta. Ada misi dari Universitas, karena aku pun tergabung di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) aku salah satu reporter kampus, merupakan salah satu anggota Lembaga Pers Mahasiswa.
Tak apalah menurutku menambah pengetahuan untuk lebih mencintai bangsa ini, dengan mengetahui asal usul dan sejarah bangsaku. Lama di perjalanan yang macet dan penat. Kami tiba dan awalnya kami disuguhi nuansa bangunan tua yang beretnik Belanda dengan bangunan megah berwarna putih dan menurutku benar-benar menggagumkan. Bangunan ini menjadi lambang, bukti dan sejarah bangsaku.
Kami masuk dengan senyuman petugas menyapa kami, dan aku sedikit terkejut tak kupikir sebelumnya. Untuk masuk ke dalam museum tak semahal yang ku pikirkan. Tak butuh menghabiskan uang seribu. Menurut orang tertentu uang segitu tak begitu berharga.
Nuansa jaman dulu begitu terasa disana. Benda-benda peninggalan sejarah, tempat-tempat yang menjadi saksi kehidupan di Jakarta masa itu. Semuanya masih terasa, sebenarnya ada banyak museum disana, tapi museum inilah yang kami pilih. Benar-benar berkarakter dan mengagumkan.
Disana ku ketahui sejarah dan asal usul bangsaku, dan senang rasanya hatiku. Bisa melihat senyuman dari negeriku. Yang dulu terjajah tertindas dan menangis. Sekarang semua bisa dibanggakan. Tak ada rasa terima kasih yang mendalam kecuali untuk para pejuang dan pahlawan.
Aku senang, sebagai repoter atau mahasiswa kami harus peka atas bangsa kami. Dan menurutku di zaman degradasi budaya sendiri atas pengaruh bangsa lain dan perkembangan zaman yang terkadang membawa efek negatif. Bangsa kita meninggalkan peradapan, karakter, budaya dan ciri khas bangsanya. Semua yang seharusnya kita jaga dan lestarikan. Hal ini merupakan tanggung jawab, dan bentuk dari cinta tanah air kita yang harus kita perhatikan dan agungkan.
Dari sana aku tahu, asal usul disebutnya uang sebagai duit. Aku tahu betapa kejamnya anak dan putra bangsa di jajah dan disiksa oleh penjajah. Akhirnya aku tahu, kiat semua wajib bersyukur dan mengangkat kepala untuk bangga dan lebih mencintai bangsa dan negeriku.

BUNGA RAMPAI

Untuk Dosen Kami Tercinta
Drs. Siti Salamah Arifin
Untuk Cendramata dari Mahasiswa

Seanggun Bunga


TerataiSeharusnya pada beliau kami bercermin, memjadikannya contoh dan panutan. Ingin sesungguhnya saat aku bercermin, aku bisa menjadi seperti beliau. Beliau begitu anggun, santun bersahaja. Pada mulanya ku pikir sama, datar dengan aluar yang serupa. Tapi kami sedikit merasa berbeda. Pertama kali bertemu, menjadikan sosok ingatan di relung jiwa beliau begitu tepat. Awalnya terdengar desas-desus, tapi mungkin kami tak percaya. Hanya sebuah klise yang tak beraturan, yang menjadikan takut dan menjadikan sikap kami tak objektif.
Beliau adalah seorang perempuan tangguh, berdedikasi dan dispilin. Ingin kutuliskan sebuah untaian bunga rampai untuk panutanku, dosenku itu. Pembimbing dan pengajar yang menjadi arah dan contoh model untuk kami bercermin. Mungkin aku lambangkan seperti bunga teratai: seorang pemimpin perempuan yang religius, tingkah lakunya anggun dan santun. Sementara itu, independensi pemimpin kategori ini juga setara dengan kemandirian teratai yang mengambang anggun di atas permukaan danau. Mmenjanjikan keteguhan sekaligus keteduhan. Karakteristik yang mendominasi adalah agung, jujur, suci dan independen. Seperti bunga teratai berwarna yang anggun yang bersemi di atas air. Menghiasi dan mewarnai hari ini.
Awal pertemuan kami dengan beliau, di awal perkuliahan yang sepi. Suasana menyambut hari raya. Saat semua orang berkemas bersiap kembali ke kampung halaman. Ruang-ruang kosong di kelas ini. Kami hanya bersepuluh, bisa di hitung dengan jari. Rasa jenuh dan penat melihat orang dan sosok-sosok yang itu-itu saja. Tak ada keributan dan keramaian yang bising seperti biasa. Semua teman-teman berada jauh, mereka menyelesaikan tugas di desa. Ya, kewajiban mahasiswa kuliah kerja nyata. Tak ayal suasana perkuliahan tak seperti biasa aneh dan tak sama. Namun, dari semuanya seiring juga mendukung sepinya ruang-ruang kosong itu. Beberapa pembimbing atau dosen lain juga belum mengaktifkan diri. Mungkin benar, awal diminggu hari kuliah perdana, semuanya belum aktif seperti biasa.
Tapi kutemukan beliau hadir tepat waktu, tak sedetikpun terlewatkan. Pukul 8, berdentang ku pikir. Aku mengetuk pintu kelas, ku lihat sosok beliau siap memberikan kuliah. Displin tepat dan akurat, aku tau akan hal itu kepribadiaan beliau. Ku dengar dari teman sejawat, atau kakak yang lebih senior. Beliau begitu cermat, rajin dan tekun. Datang tepat waktu dan selalu serius dalam belajar selalu jadi bahan pertimbangan untuk memberikan penilaian. Tak ada istilah comot atau asal saja, benar-benar mengisi apa yang ada sesuai hasil. Mungkin banyak nilai merah, atau sedikit yang berwarna cerah. Untuk nilai C atau A sejujurnya ada di tangan kami. Tak ada revolusi atau hitung kancing istilahnya. Ku dengar kabar lain bahwa tak ada istilah memperbaiki, apa yang kami berikan tetap itu yang kami dapatkan. Huruf C pada awal dan seterusnya mungkin. Tapi tak kuharapkan begitu ingin ku lihat huruf A sesungguhnya. Mungkin bukan cuma aku saja, tapi semua mahasiswa.
Tak ada istilah lain, sepertinya. Semua benar-benar cerdik, membina mengajar dengan runtun, akurat. Terkadang walaupun 3 sks yang begitu panjang, kami habiskan dengan mendengar dan belajar. Ku temukan beliau begitu berdedikasi akan profesinya. Tak ada celah untuk kami menghindar, hanya sebait kata tepat dan sebenarnya. Terkadang di sela-sela beliau memaparkan, di tambahinya sedikit nasihat dan mengisahkan pengalaman mengajar dan kisah yang kami jadikan contoh dan pembelajaran. Bagaimana beliau membimbing dan membina muridnya atau mahasiswanya. Satu hal yang masih ku ingat cerita beliau di perkuliahan waktu itu. Bagaimana kisah menghadapi, muridnya yang enggan bicara. Enggan berkomunikasi, tapi beliau harus melaksanakan kewajiban. Memberikan nilai untuk muridnya sedikit ragu dan bimbang. Memberikan tes ujian untuk bernyanyi pada muridnya. Padahal beliau tahu muridnya enggan berbicara apalagi mendendangkan sebuah lagu. Ku dengar dan ku perhatikan kisah itu, bagaimana beliau menghadapi cela dan berhasil menyelesaikan tugas sebagai guru yang harus membina dan membimbing muridnya. Ajaib, akurat, cermat dan cerdik, revolusi pemikiran yang cerdas. Seperti suri tauladan yang nyata dan sesungguhnya.
Aku tak tahu, mengapa kami baru mengenal beliau. Di awal semester 5, kami menjadi mahasiwanya. Kenapa tidak sejak awal, pada masa awal perkuliahan. Dulu aku tak tahu beliau, ternyata memang seorang dosen yang cermat dan displin dengan prestasi baik yang diraihnya. Jika lebih awal, mungkin motivasi ini akan lahir lebih dulu. Aku ingin seperti beliau menjadi dosen yang disiplin, tekun dan menjadi panutan.
Setitik masa yang ku ingat, pagi itu kami mid semester. Ku lihat beliau begitu cerah dengan senyum menyapa dan sikap santun bersahaja. Mengawasi kami, sambil memegang sebuah buku dan membaca. Aku duduk di kursi depan, sehingga mampu ku perhatikan. Suasana kelas yang tenang, saat ujian. Tak ada ramai dan kebisingan di sana- sini. Tak ada celah untuk tak adil maupun berdiskusi. Semua berjalan seperti apa adanya dan semestinya. Rangkaian kisah yang menyajikan sebuah kedisplinan dan tanggung jawab yang dijalankan sebagaimana seharusnya, sebagai dosen dan atau seorang mahasiswa.

Jika Bahasa Indonesia di Pandang Sebelah Mata

Bahasa adalah sebuah simbol atau sistem lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu pentinganya peranan bahsa dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring perkembangannya bahasa Indonesia terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan dibawah arus perkembangan pengunaan bahasa di era globaliasi. Di ruang lingkup kecil dan keluarga masyarakat kita menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu untuk berkomunikasi dan pada ruang lingkup yang luas dan bersifat resmi digunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Seiring dicetuskannya Bahasa Melayu-Riau sebagai Bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa terus meningkat. Tentunya juga pada perkembangan bahasa Indonesia yang makin berkembang dan beradaptasi, bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan jabatan yang penting dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Meninjau pada pemakaian bahasa Indonesia yang terjadi di kalangan masyarakat. Terjadi fenomena-fenomena negatif di tengah masyarakat kita. Misalnya banyak orang Indonesia yang dengan bangga memperlihatkan kemahirannnya menggunakan bahasa Inggris walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tak sedikit orang yang malu jika tidak bisa berbahasa asing, tapi adakah yang merasa malu dan kurang jika tidak menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar? Belum lagi pemikiran orang-orang yang menganggap remeh bahasa Indonesia, dan tanpa disadarinya seseorang tidak mau mempelajari bahasa Indonesia dengan serius. Pemakaian bahasa Indonesia hanya pada lingkup resmi, misalnya saat acara-acara yang bersifat resmi, atau di lingkungan civitas akademika. Kesimpulannya banyak orang yang menguasai bahasa asing dengan baik tetapi bahasa Indonesia dengan apa adanya. Bahkan apa yang terjadi jika seseorang yang sibuk dan bangga menggunakan bahasa asing sehingga melalaikan bahasanya sendiri. Belum lagi masyarakat terpaku pada tuntunan pergerakan era globalisasi yang membelenggu kehidupan masyarakat. Semua ilmu pengetahuan dan kajian Iptek banyak dalam bahasa asing (Bahasa Inggris) sehingga sangat wajar jika memprioritaskan bahasa tersebut. Bahasa asing memiliki andil dan tempat tersendiri sebagai bahasa internasional. Pengunaan bahasa asing yang masuk dan diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga membawa efek negatif. Faktanya yang terjadi bukan hanya dari kebahasaannya saja yang diserap, tapi budaya dan kebiasaan dari luar juga mempengaruhi budaya di Indonesia. Oleh karena itu, pentingnya kesadaran untuk bersikap cermat dan mengarahkan perkembangan bahasa tersebut ke arah yang positif. Kemudian kita perhatikan saat ini pemakaian bahasa “gaul” diseputar kehidupan remaja. Belum lagi masalah penggunaan bahasa Indonesia yang masih kental akan dialek bahasa daerah yang juga berpengaruh terhadap bahasa Indonesia.. Hal ini dilatarbelakangi pada penggunaan Bahasa Indonesia juga berkutat dengan penggunaan bahasa daerah, hampir setiap masyarakat Indonesia menggunakan bahasa daerah masing-masing untuk berkomunikasi. Hal ini pula membuat fenomena pemakaian bahasa Indonesia semakin dipertanyakan. Bukan tidak mungkin karena tuntutan hal ini bahasa Indonesia akan dipandang sebelah mata. Satu pertanyaan mampukah Bahasa Indonesia bertahan di tengah arus fenomena kebahasaan yang terjadi di Indonesia.
Semakin kurangnya minat dan perhatian terhadap bahasa, akan menjadi masalah utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa memiliki peranan penting, demi perkembangan dan kemajuan masyarakatnya. Sebuah bahasa perlu di hargai dan di jaga kelestariannya agar jumlah penutur dari suatu bahasa tertentu akan tetap stabil. Namun jika fenomena dan permasalahan terhadap bahasa terus terjadi, maka bukan tidak mungkin berdampak negatif pada Bahasa Indonesia. Gejolak perkembangan berbagai pemakaian bahasa dalam era globalisasi mampu mengikiskan eksistensi suatu bahasa jika masyarakatnya tidak menghargai atau menjaga bahasanya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional, yaitu sebagai lambang kebanggaan nasional. Bahasa Indonesia melambangkan nilai-nilai budaya, sebagai jati diri bangsa di mata dunia internasional. Oleh sebab itu pentingnya membina rasa kebanggan untuk mengunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia juga merupakan lambing persatuan karena bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia mempersatukan beragam suku, budaya, etnik dan adapt istiadat. Indonesia berbahasa satu, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa negara dan bahasa resmi, karena digunakan di acara dan segala kegiatan kenegaraan. Kemudian bahasa Indonesia digunakan sebagai alat penghubung yang bersifat resmi pada sistem pergerakan pemerintahan.
Masyarakat yang sadar akan pentingnya peranan bahasa dalam melakukan berbagai kegiatan tertentu. Oleh karena itu, dilakukan kebijakan yang menjaga dan melestarikan bahasa. dilaksanakan perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan dan keseluruhan dalam mengatasi masalah bahasa itu sendiri. Lembaga dan instansi kebahasaan terus menjalin kerjasama untuk menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia. Melakukan kegiatan-kegiatan yang mengembangkan minat dan kemampuan berbahasa. Misalnya secara rutin melakukan seminar, penyuluhan mengenai pengembangan bahasa Indonesia, atau kegiatan perlombaan secara rutin pada peringatan Bulan Bahasa yang jatuh pada bulan Oktober. Hal ini merupakan wujud akan rasa nasionalisme terhadap bahasa Indonesia.
MI

Esai

Januari 27, 2010 oleh nenggelisfransori | Sunting

Esai Logis

3 Objek Wisata Favorit di Visit Musi 2008

Sumatra Selatan atau juga yang dikenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya saat ini sedang mencanangkan Program Visit Musi 2008. Program dari pemerintah yang memperkenalkan pariwisata di kota tersebut. Terdapat banyak jenis objek wisata disana dan semuanya sudah di persiapkan untuk menyambut para wisatawan. Berberapa objek wisata yang cukup banyak menarik minat wisatawan yaitu Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Selain memberikan panorama yang indah letaknya pula cukup strategis yaitu di jantung kota Palembang. Oleh karena itu ketiga objek wisata ini menjadi tempat terfavorit yang dikunjungi oleh wisatawan.
Jembatan Ampera merupakan sebuah jembatan yang indah dan megah. Dimalam hari suasana kota Palembang terlihat indah dengan tatanan lampu hias yang mengitari setiap sudut Jembatan Ampera. Jika kita melihat dari Benteng Kuto Besak akan terlihat sebuah jembatan yang mengagumkan mata. Suasana malam yang dingin dengan hembusan angin dan kita juga bias melihat beberapa kapal yang melintasi Sungai Musi. Jembatan Ampera merupakan jembatan yang memiliki sejarah bagi bangsa Indonesia. Selain itu jembatan ini merupakan pusat aktivitas bagi masyarakat kota Palembang. Hal ini berdasarkan artikel yang dikutip dari (http://www.visitmusi2008.com/artikel.php? a=det&id=31) :
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia yang dibangun pada tahun 1960 sebagai bayaran Jepang kepada Indonesia atas penjajahannya dulu. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan ini dibuat oleh Jepang. Dahulunya bagian tengah dari jembatan ini bisa dinaikkan dan diturunkan bila ada kapal yang akan lewat.

Jembatan Ampera merupakan salah satu tujuan wisata dan jembatan ini pula sebagai lambang Kota Palembang. Jembatan yang menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia saat dijajah oleh Jepang. Jembatan yang sampai saat ini masih berdiri dan menjadi jalur transpotasi utama di Kota Palembag.
Benteng Kuto Besak dalah sebuah bangunan yang kokoh dan masih berdiri di tengah kota Palembang. Letaknya yang berada di dekat Jembatan Ampera dan memiliki daya tarik sebagai objek wisata. Benteng Kuto Besak adalah salah satu objek wisata yang memiliki sejarah bagi Kota Palembang dan sangat mempengaruhi budaya dan kehidupan masyarakat Kota Palembang hal ini dikarenakan sejarah berdirinya benteng tersebut. Benteng tersebut dibangun oleh zaman sebuah kesultanan yang ada di kota Palembang. Hal ini sesuai dengan artikel yang dikutip dari (http://www.visitmusi2008.com /artikel.php?a=det&id=31) :
Benteng Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besar diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803.

Peran serta Pemerintah Kota Palembang dalam perbaikan sarana dan prasarana Benteng Kuto Besak inilah yang mendukung terlaksananya Benteng Kuto Besak sebagai salah satu tempat wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Selain bisa menikmati indahnya Jembatan Ampera dan Sungai Musi, wisatawan pula disuguhi berbagai kesenangan yang menarik, yaitu pengunjung bisa menikmati makan-makanan khas Kota Palembang yang tersedia di salah satu restoran atau rumah makan terapung yaitu Restoran Legenda.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan salah satu tempat penyimpan benda-benda bersejarah yang ada di Kota Palembang sedangkan museum lainnya adalah Museum Balaputradewa di Jl. Sudirman Km. 5,5 Palembang. Lokasi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah di tepi Sungai Musi (dekat Jembatan Ampera). Letaknya yang juga strategis ini pula yang menarik minat para wisatawan untuk mengunjunginya. Selain kita dapat melihat keindahan Jembatan Ampera kita dapat pula mengunjungi Benteng Kuto Besak yang letaknya dekat dengan museum ini. Palembang merupakan salah satu kota yang menjadi saksi penjajahan yang terjadi di Indonesia oleh karena itu banyak benda-benda bersejarah yang tersimpan didalamnya. Latar belakang Kota kuno ini juga sangat menarik, karena dahulu kota ini menjadi pusat peradaban oleh karena itu hal ini sesuai dengan artikel yang di kutip di (http://www.visitmusi2008.com/artikel. php?a=det&id=31) “Di museum SMB II terdapat arca-arca kuno diantaranya Ganesha Amarawati dan Budha serta peninggalan kuno, termasuk dari era Sriwijaya“. Benda-benda bersejarah tersebut tersimpan rapi dimuseum Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai bukti peradaban zaman dulu di Kota Palembang. Zaman dahulu terdapat peradapan yang tersembunyi di era Sriwijiya, hal ini pulalah yang menjadi penyebab Sumatra Selatan dikenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya.
Sumatra Selatan menyimpan banyak objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Selain ketiga tempat yang disebutkan diatas masih banyak lagi oebjek wisata alam yang patut untuk disinggahi. Ketiga objek wisata diatas merupakan saksi dari peradapan zaman dahulu yang ada di kota Palembang selain daya tarik yang dimiliki objek wisata tersebut memang sangat mengagumkan dan letaknya pula yang cukup strategis.

DAFTAR PUSTAKA
(http://www.visitmusi2008.com/artikel.php?a=det&id=31) Diakses tanggal 12 Juni 2008

MT MENULIS
15 Juni 2008

ARGUMENTASI

Proses Realisasi Faktor Penunjang Kemajuan Pendidikan

Proses realisasi pemenuhan faktor pendukung pendidikan harus di penuhi guna terciptanya sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan persainngan bebas yang terjadi di era globalisai. Saat ini sangat dibutuhkan individu yang berkualitas baik dalam segi akademik maupun mengenai keterampilan lainnya. Faktor-faktor pendukung tersebut harus terpenuhi dengan para aktivitasnya bersikap seoptimal mungkin guna terciptanya sistem pendidikan yang baik. Bagaimana proses realisasinya didalam dunia pendidikan? Sebuah pertanyaan yang harus kita jawab, yaitu dengan bekerja sama dan saling mendukung.
Guru merupakan salah satu pelaku pendidikan dan peran guru sangatlah besar bagi seorang peserta didik. Jika guru tersebut bekerja dengan maksimal dan melaksanakan peran sertanya sebaik mungkin sebagai seorang guru maka muridnya akan tumbuh dan berkembang menjadi siswa yang pintar dan terampil. Tetapi saat ini banyak pula oknum guru yang mengecewakan salah satu contohnya dalam dunia pendidikan adalah kurangnya motivasi dalam menulis. Padahal guru bertugas untuk membimbing dan mengarahkan siswa. Terkadang untuk membuat karya tulis yang diajukan dalam pengurusan kenaikan pangkat saja, banyak yang tidak bisa. Padahal, guru harus membuat karya tulis kalau mau cepat naik pangkat. Padahal jika kita sadari banyak hal yang diperoleh seorang guru saat ia mengajarkan ilmu pada murid-muridnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yunis (2008) “Dilihat dari perspektif guru sebagai subjek, sebagai praktisi pendidikan para guru memiliki potensi menulis yang sangat besar. Ya, guru sebenarnya memiliki segudang bahan berupa pengalaman pribadi tentang system dan model pembelajaran yang dijalankan”. Guru bisa menulis tentang indahnya menjadi guru, atau bisa juga menuliskan soal duka cita menjadi guru. Hal inilah yang perlu kita perhatikan dalam proses pemenuhan faktor-faktor penunjang kemajuan dunia pendidikan. Selajutnya guna memberikan proses pemahaman terhadap siswa, bagaimana agar seorang guru mampu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan peka terhadap siswanya. Seorang guru benar-benar meletakkan potensinya didalam bidang yang ia tekuni dengan sebaik mungkin, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2002) Kegiatan utama dari pendidikan adalah untuk membawa pembelajaran pada suatu kemungkinan. Proses pembelajaran ini membutuhkan partisipasi dalam perannya, pelajar melalui penggunaan Bahasa Indonesia sebagai suatu arti dari komunikasi verbal. Ini adalah salah satu contoh tetapi jika kita tinjau dari segi positif masih banyak pula guru yang tetap berperan dan terus berpastisipasi pada perannya sehingga meningkatkan mutu pendidikan kita. Guru juga harus mampu meneliti dan menelaah kondisi keadaan siswa. Ia harus mampu mengetahui bagaimana memberikan setiap detik siswanya untuk belajar dan menjadi terampil. Salah satu contoh adalah pernyataan dari Yuliarti (2007) “Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis puisi adalah pemanfaatan majalah cetak sekolah. Majalah cetak merupakan salah satu jenis majalah sekolah yang dapat dimanfaatkan dalam rangka menunjang proses pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi di sekolah”. Dinyatakan bahwa dalam proses pembelajaran ada metode lain yang harus dilakukan agar sistem pembelajarannya tidak monoton.
Pemenuhan kebutuhan faktor pendukung lainnya adalah sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Jika kita perhatikan hal ini pula sangat penting, karena berperan sebagai objek yang harus digunakan dan dimanfaatkan. Apalagi saat ini dengan seiring berkembangnya zaman yang difasilitasi dengan bermacam-macam teknologi baru dalam proses pembelajaran. Harus di penuhi agar kegiatan ini terealisasi dengan baik. Salah satu contohnya berdasarkan pendapat Iswara (2008) “Tidak diragukan lagi bahwa komputer tidak hanya diperlukan oleh orang berdisiplin ilmu komputer saja. Komputer bahkan telah menjadi kebutuhan pribadi setiap individu. Idealnya, satu komputer untuk satu orang”. Tetapi untuk secara cepat memfasilitasi diri dengan berbagai sistem teknologi cukup sulit, karena banyak faktor yang harus dipenuhi. Padahal kita tahu sarana dan prasaranalah yang berperan amat penting dalam proses pembelajaran.
Kita tidak sepenuhnya harus menuntut penenuhan faktor pendukung kemajuan pendidikan hanya dari sesosok guru yang mengajar, bukan hanya kepala sekolah, maupun pemerintah tetapi dukungan dari berbagai aspek kehidupan. Tetapi saat ini kita harus sedikit kecewa dan menundukkan kepala saat melihat hasil dari proses pendidikan selama ini. Salah satu contoh yang mengecewakan adalah pernyataan dari
Kemalawati (2008) ‘‘berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh tim investigasi, telah terbukti adanya kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan UN. Dugaan kecurangan dalam UN merebak karena ada sekolah yang tingkat kelulusannya mencapai 100 persen. Sebaliknya ada sekolah yang angka kelulusannya nol persen”. Sebenarnya apakah yang menjadi penyebab polemik yang satu ini? Apakah sarana dan prasana yang tidak terpenuhi? Atau alasan lain yaitu karena pemerintah yang terlalu beresiko meningkatkan nilai kelulusan, atau seorang guru yang kurang mendidik anak muridnya ataukah siswa itu sendiri yang tidak memiliki motivasi dalam belajar? Sebenarnya yang harus kita lakukan bukan mencari siapa penyebab dari masalah ini. Kita harus bisa menyelesaikan masalah tersebut secara bersama-sama agar dunia pendidikan kita menjadi lebih baik.
Tetapi tahukah Anda? Bahwa hal tersebut dikarenakan para aktivis pendidikan kita tidak meletakkan peran sertanya diposisi yang seharusnya. Masih ada kekurangan yang harus di perbaikki dan terus dibenahi secara akurat. Kurangnya pemenuhan kebutuhan faktor pendukung kemajuan pendidikan pun tidak bisa terealisasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Iswara. 2008.‘‘Penelitian E-Learning sebagai Ranah Penelitian Pendidikan Bahasa di UPI Kampus Sumedang ‘‘.http://jurnal-sastra.blogspot.com/search?q=pendidikan.
Diakses tanggal 12 Juni 2008.

Kemalawati, D. 2008. “Jujurkah Dunia Pendidikan Kita” http://pakguruonline. pendidikan.net/jujurkah_pendidikan_kita.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Suyono. (2002) “Bahasa Indonesia dalam Pendidikan dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Di Sekolah”. http://www.malang.ac.id/jurnal/fs/bani/2002a.htm. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Yuliarti, T. 2007. “Pemanfaatan Bianglala dalam Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas IV ‘‘.http://jurnaljpi.wordpress.com/category/bahasa-indonesia/. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Yunis, T. 2008. “Bila Guru Mau Menulis” http://pakguruonline.pendidikan.net,/bila_ guru_mau_menulis.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Esai

Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan

Pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami revolusi. Setiap unsur-unsur yang berperan di dalamnya sedang bergejolak menghadapi perannya masig-masing. Peran yang harus dijalanan dengan baik agar terciptanya seorang yang pelajar yang cerdas dan berkepribadian luhur. Menyadari pentingnya pendidikan bagi setiap manusia adalah salah satu langkah untuk memajukan dunia pendidikan. Saat ini hal yang harus dilakukan adalah bagaimana menghadapi masalah yang sedang mendera dunia pendidikan kita. Oleh karena itu kita harus memahami bagaimana pendidikan yang telah kita jalankan selama ini. Apakah sudah sesuai dengan apa yang kita kehendaki yaitu membawa kemajuan bagi dunia pendidikan. Pemahaman yang jelas tentang konsep pendidikan yang telah kita ikuti mampu memberikan masukan positif bagi kita maupun orang lain untuk mengembangkan mutu pendidikan.

Sistem pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar terciptanya sumber daya manusia yang bermutu dan berakhlak mulia. Peran serta dari segala aspek kehidupan sangat di perlukan bukan hanya dibebankan kepada siswa. Peran serta guru, kepala sekolah, orang tua dan pemerintah pula sangat di perlukan untuk mendukung terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang baik dan mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas adalah pendidikan yang memenuhi segala kebutuhan dari berbagai aspek. Misalnya kebutuhan akan sarana dan prasarana pendidikan. Tetapi jika di telaah lagi bagaimana sarana dan prasarana yang ada di sekitar kita. Masih banyaknya sekolah-sekolah yang ada didaerah tertinggal kurang di perhatikan bahkan tidak tersentuh. Aspek lain yang harus di penuhi adalah kualitas seorang guru atau tenaga pengajar. Semakin baik seorang guru memaksimalkan potensinya dalam belajar maka ia akan mampu menjadi seorang guru yang berpredikat baik. Seorang guru bukan hanya harus memiliki rasa perhatian dan pengertian kepada siswa tetapi seorang guru yang cerdas dan terampil. Seorang guru harus pandai dalam bidangnya dan bidang-bidang lain yang dekat dengannya selaku seorang praktisi pendidikan. Contohnya seorang guru harus pandai menulis sebuah karya tulis maupun karya ilmiah karena seorang guru harus membuat karya tulis yang diajukan dalam pengurusan kenaikan pangkat. Ini adalah salah satu contoh kecil kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tetapi masih ada pula seorang guru yang tidak mahir dalam bidang kepenulisan ini. Padahal guru memiliki banyak keahlian karena sudah banyak pengalaman yang telah dialami didunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunis (2008) “Dilihat dari perspektif guru sebagai subjek, sebagai praktisi pendidikan para guru memiliki potensi menulis yang sangat besar. Ya, guru sebenarnya memiliki segudang bahan berupa pengalaman pribadi tentang system dan model pembelajaran yang dijalankan”. Jika guru memiliki profesionalitas yang bagus dibidangnya dan memiliki keterampilan yang baik maka peserta didik akan berperan baik pula dalam melaksanakan tugasnya.
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang menunjang siswa agar menjadi siswa yang berperan dalam tugasnya sebaik mungkin. Hal lain juga dinyatakan oleh Suyono (2002) Kegiatan utama dari pendidikan adalah untuk membawa pembelajaran pada suatu kemungkinan. Proses pembelajaran ini membutuhkan partisipasi dalam perannya, pelajar melalui penggunaan Bahasa Indonesia sebagai suatu arti dari komunikasi verbal.
Selanjutnya hal yang harus kita perhatikan adalah pemenuhan kebutuhan pembelajaran dari semua siswa. Bukan hanya dalam segi sarana dan prasarana saja. Siswa membutuhkan perhatian yang cukup dari orang tua maupun guru dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa, misalnya dari pergaulan. Misalnya di lingkungan sekolah di bentuknya kelompok belajar, maupun ekstrakulikuler. Inilah salah satu contoh kecil pergaulan siswa. Ketelitian seorang guru misalnya dalam pembentukkan konsep ekstrakulikuler yang telah dirancang tersebut mampu memberikan manfaat yang baik bagi siswa. Contoh lain yang bisa kita lihat adalah berdasarkan pendapat Yuliarti (2007) menyatakan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis puisi adalah pemanfaatan majalah cetak sekolah. Majalah cetak merupakan salah satu jenis majalah sekolah yang dapat dimanfaatkan dalam rangka menunjang proses pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi di sekolah. Di bentuknya program tersebut guna meningkatkan kreatifitas siswa.
Perhatian selanjutnya kita tujukan kepada dampak era globalisasi yang mendera siswa khususnya pelajar. Seiring kemajuan zaman dan teknologi saat ini membuat siswa harus benar-benar berhati-hati dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, apakah berdampak buruk bagi dirinya atau tidak. Bagaimana tidak seorang siswa tidak bisa terbuai dengan berbagai teknologi yang baru dan canggih. Kebutuhan atas hal tersebut benar-benar diperlukan oleh siswa, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Iswara (2008) “Tidak diragukan lagi bahwa komputer tidak hanya diperlukan oleh orang berdisiplin ilmu komputer saja. Komputer bahkan telah menjadi kebutuhan pribadi setiap individu. Idealnya, satu komputer untuk satu orang”. Sebagai seorang individu kita tidak mampu menolak dan meninggalkan teknologi. Contoh lainnya dapat dilihat pada pemakaian dan pengguna internet yang makin meluas. Secara tidak langsung internet memberikan dampak negatif dan posisitif bagi penggunanya.
Pernyataan diatas mengenai pemaparan aspek-aspek pemenuhan pendidikan. Namun hal lain yang harus kita koreksi adalah hasil dari proses pendidikan yang telah kita lalui. Faktanya lajur pendidikan kita tetap sama bahkan mengalami kemunduran hal ini dapat dilihat dari pernyataan Kemalawati (2008) “penyelidikan yang dilakukan oleh tim investigasi, telah terbukti adanya kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan UN. Dugaan kecurangan dalam UN merebak karena ada sekolah yang tingkat kelulusannya mencapai 100 persen. Sebaliknya ada sekolah yang angka kelulusannya nol persen”. Ini adalah contoh dari hasil proses pembelajaran yang mengecewakan.
Pemenuhan kebutuhan dari faktor-faktor pendukung yang diperlukan tersebut sangatlah penting karena untuk menciptakan sistem pendidikan yang baik. Diperlukannya dedikasi yang baik dari berbagai pihak agar tidak terjadi kemunduran dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Iswara. 2008.‘‘Penelitian E-Learning sebagai Ranah Penelitian Pendidikan Bahasa di UPI Kampus Sumedang ‘‘.http://jurnal-sastra.blogspot.com/search?q=pendidikan.
Diakses tanggal 12 Juni 2008.

Kemalawati, D. 2008. “Jujurkah Dunia Pendidikan Kita” http://pakguruonline. pendidikan.net/jujurkah_pendidikan_kita.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Suyono. (2002) “Bahasa Indonesia dalam Pendidikan dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Di Sekolah”. http://www.malang.ac.id/jurnal/fs/bani/2002a.htm. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Yuliarti, T. 2007. “Pemanfaatan Bianglala dalam Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas IV ‘‘.http://jurnaljpi.wordpress.com/category/bahasa-indonesia/. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Yunis, T. 2008. “Bila Guru Mau Menulis” http://pakguruonline.pendidikan.net,/bila_ guru_mau_menulis.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Kado Kecil untuk HMPSBI

Bahasa adalah ciri dan identitas suatu bangsa dan Negara. Bahasa menjadi lambang nilai-nilai budaya dan menjadi jati diri suatu bangsa. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang menyatukan seluruh suku dan etnis yang ada di seluruh nusantara. Berdasarkan hal inilah suatu himpunan mahasiswa yang cinta akan bahasa Indonesia dan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan bahasa Indonesia. Berpikir, membuat satu wadah organisasi, tercetuslah ide untuk memiliki sebuah organisasi kemahasiswaan yang mewadahi seluruh kegiatan mahasiswa dalam lingkup program studi mengenai Bahasa Indonesia. Hal ini telah mendorong para mahasiswa angkatan 81’ (sebagai pendiri) untuk mewujudkan lahirlah HMPSBI (Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia) dan sejarahnya. HMPSBI merupakan sebuah wadah organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia yang berada di lingkungan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Universitas Sriwijaya, Palembang. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sendiri, di FKIP Unsri sudah berdiri sejak tahun 1961. Akan tetapi HMPSBI baru berdiri secara resmi pada 10 November 1985, di Palembang.
Lambang HMPSBI adalah lambang Universitas Sriwijaya di dalam sebuah lingkaran yang bertuliskan Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dengan latar bermakna biru. Lambang ini bermakna bahwa HMPSBI di bawah naungan FKIP Unsri sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, informasi dan seni. Organisasi ini diharapkan dapat merespon setiap fenomena yang terjadi di lingkungan civitas akademik yang berfikir secara logis dan sistematis dengan keluasan berpikir dan keefektifan bertindak, sehingga dapat ‘memakmurkan’ setiap komponen yang berada di naungannya. Anggotanya adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Unsri, yang terbagi menjadi 3 golongan yaitu: anggota biasa, anggota kehormatan dan anggota luar biasa. Anggota biasa yaitu mahasiswa, anggota kehormatan yaitu pelindung, penasehat, pembimbing dan alumni sedangkan anggota luar biasa adalah anggota biasa dan anggota kehormatan yang berpartisipasi aktif serta bekerja sama terhadap HMPSBI.
Visi HMPSBI yaitu sebagai salah satu pusat pengembangan wawasan, peningkatan sikap religius, ilmu dan integritas kepribadian mahasiswa, melalui sikap optimis menuju masyarakat kampus yang demokratis, adil dan sejahtera. Kemudian misi yang di emban HMPSBI adalah memberikan kontribusi berupa pengembangan SDM masyarakat kampus. Mewujudkan mahasiswa yang kritis terhadap kebijakan birokrat kampus dan menjadikan HMPSBI sebagai perekat ukhuwah serta kesatuan bagi mahasiswa FKIP pada umumnya dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah khususnya.
HMPSBI menjalankan kebijakan program kerja pada 1 tahun masa jabatan ketua umum, salah satu kegiatan yang baru dilaksanakan yaitu pada peringatan Bulan Bahasa. Pada 28 Oktober 2009, civitas akademik HMPSBI melaksanakan Seminar Nasional Bahasa dan Sastra dengan tema “ Mengangkat Peran Bahasa dan Sastra Lokal dalam Pembelajaran Bahasa untuk Mengembangkan Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor”. Sebuah acara forum ilmiah dengan pembicara utama Prof. Dr. Arif Rahman (Pakar Pendidikan dan Bahasa dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta). Kegiatan ini bertujuan untuk mensejajarkan pengajaran Bahasa dan Satra dalam lingkup pendidikan. Kegiatan serupa yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2009, yakni mahasiswa HMPSBI pada peringatan Bulan Bahasa yaitu melaksanakan serangkaian perlombaan yaitu lomba pidato Bahasa Indonesia, lomba membaca puisi, cerpen, dan musikalisasi puisi bagi mahasiswa, pelajar di daerah Palembang dan sekitarnya. Hal ini dilakukan demi memupuk rasa cinta dan kebanggaan akan Bahasa dan Sastra Indonesia itu sendiri dikalangan civitas pendidikan. Tak berhenti sampai disitu semangat untuk berbahasa dan mengembangkan sastra. Di dalam program kerja HMPSBI juga dalam waktu dekat di agendakan melaksanakan kegiatan Pekan Sastra, guna memperingati hari lahir HMPSBI yang jatuh pada 10 November 2009. Pekan Sastra ini merupakan wujud dari cinta kasih yaitu sebuah kado kecil yang manis untuk Bahasa dan Sastra.

MI

RESENSI BUKU


Judul Buku : Proses Kreatif Menulis di Media Masa
Nama Penulis : Roni Tabroni
Tahun Terbit : 2007
Penerbit : Nuansa
Jumlah Halaman : 128 + iv halaman

Menulis Merupakan proses kreatif yang membutuhkan ketekunan dan ketelitian. Namun pada saat ini proses tersebut terkadang untuk menggali potensi diri dan mencurahkan waktu serta pikiran sulit dilakukan bagi orang yang tertarik dalam dunia kepenulisan. Penulis pemula terkadang merasa ide dan gagasannya kurang menarik dan berbobot. Penulis juga merasakan keterbatasan ide dan sulit untuk menyajikannya dalam bentuk tulisan yang menarik dan terkadang penulis merasa terhambat untuk menyelesaikan tulisannya. Kendala lain yang sering dirasakan adalah kwalitas tulisan mereka tulis kurang memiliki nilai jual atau tidak bersifar komersil bila di publikasikan di media masa. Oleh karena itu penulis buku ini menyampaikan berbagai cara dan proses kreatif untuk menulis di media masa. Baik dari tahap menemukan ide, mengolah gagasan, maupun menuliskannya dalam kalimat yang menarik serta menyempurnakannya hingga dapat disalurkan ke berbagai media masa.
Penulis mampu menyajikan pendapatnya tentang proses kreatif menulis, pria alumnus IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas Dakwah jurusan Ilmu Jurnalistik ini memang cermat menyajikan tahap-tahapan proses kreatif menulis. Ide-ide kreatif menulis ini mungkin didapatkannnya dari berbagai kegiatannya yang aktif di berbagai organisasi kepenulisan dan menekuni dunia jurnalistik. Sekarang pria yang menjabat sebagai ketua TEPAS Bandung ini juga telah menghasilkan beberapa karya berupa artikel maupun resensi yang telah dimuat di berbagai media.
Mengenai isi buku penulis menyajikan tahapan proses kreatif menulis di tulis secara lengkap. Baik di permulaan ia menyakinkan pembaca bahwa setiap orang memiliki potensi dan mampu untuk menulis lalu di bab pertama ia menyajikan bagamana menemukan ide untuk menulis. Ia juga memaparkan bagaimana segala sesuatu hal dapat di jadikan ide kreatif dan tehnik mengatur ide dan bagaimana mengelompokannya. Selanjutnya di bab berikutnya dipaparkan bagaimana membangun potensi diri untuk menulis dan mengamati sesutu untuk menjadikannya sebagai ide. Di buku ini juda dipaparkan bagaimana menjadi penulis yang produktif dan kreatif dengan menyajikan kiat mengembangkan kekreativitasan. Penulis juga selalu mengajak kita untuk menulis dan menulis dengan memberikan langkah-langkah dalam menulis dan mengatasi kejenuhan saat menulis. Di bab selanjutnya diberikan proses kepenulisan yang lengkap serta tips yang dilakukan guna mengatasi hambatan-hambatan dalam menulis, kiat memperlancar tulisan dan menulis dengan pemetaan pikiran serta bagaimana menata tulisan. Di bab berikutnya di tuliskan mengenai artikel, dari bagaimana memilih topik artikel, langkah kepenulisan artikeldan mengenai membuat paragraf dan membuat serta manfaat outline. Di bab terakhir bagaimana memilih judul yang menarik, bagaimana menutup tulisan dan memeriksa tulisan kita hingga memilih media masa yang tepat.
Penulis juga ingin menyampaikan bahwa semua orang mampu membuat tulisan maupun artikel. Hanya saja tinggal menggali potensi diri dan memanfaatkan waktu dan ketekunan serta mencari peluang dan menemukan kesempatan. Tuntunan menulis yang dipaparkan oleh penulis diharapkan mampu membimbing pemula untuk lebih kreatif dalam membubuhi tulisan dengan ide-ide dan gagasan yang kreatif dan berbobot.
Buku yang ditulis dengan menarik dan mampu membimbing serta mengajak kita untuk mau menulis dan memberikan inspirasi dalam menulis. Penulis juga memberikan contoh yang menarik dan membuka wawasan kita untuk menulis dan dari kalimatnya yang memaparkan secara jelas dan lugas mampu membawa kita untuk dapat merasakan bahwa mudahnya proses kreatif menulis.
Buku ini juga cocok untuk semua kalangan, baik guru, dosen pelajar dan mahasiswa maupun masyarakat umum. Buku ini ditulis untuk orang-orang yang tertarik dan berminat didunia tulis menulis. Buku yang setebal 58 halaman ini dikemas secara menarik dan dengan tampilan warna yang serasi. Dengan gambar cover sebuah komputer dengan tampilan keyboard menampilkan proses kreatif dalam menulis.
Penulis telah menyajikan proses kreatif dalam menulis dengan lengkap dan akurat namun dari segi pemanfaatan buku ini bagi pembaca terkadang kurang maksimal. Pada kenyataanya sekarang terkadang pembaca kurang mampu memaksimalkan apa yang telah dibaca serta ketidakjelasan dari maksud penulis. Terkadang pada kenyataanya pembaca hanya terjebak pada teori dan bingung mengaplikasikannya. Namun, bila dilihat dari kepenulisannya penulis mampu mengorganisasikan ide kreatifnya dengan baik pada tahap awal ia menyatakan bahwa setiap orang mampu menulis, lalu ia menyajikan juga bagaimana mencari ide dari berbagai sumber serta bagaiamana mengatur ide dan melakukan penelitian untuk proses keefektifan ide tersebut serta terus memberikan motivasi dai berbagai organisasi kalimat yang ia tuliskan. Selain itu penulis juga memberikan tahapan bagaimana membangun kreativitas sendiri dan menjadi penulis yang kreatif dan produktif, serta memmaparkan hambatan dalam proses menulis. Kemudian penulis juga menyajikan bagaiman membuat artikel yang menarik dan menyempurnakannya serta menyalurkan tulisan kita diberbagai media di yang tepat sesuai dengan apa yang kita tuliskan. Dengan kemampuan penulis memaparkan proses ide kreatif dalam menulis secara runtut seperti yang telah disajikan diatas diharapkan mampu menjadi panduan bagi kita untuk menulis.

SOSIOLINGUISTIK

Heterogenitas dan Homogenitas

Sistem Berbahasa di kawasan ASEAN, teristimewa di Indonesia, Fhilipina, Malaysia, Singapura dan Thailand, maka orang tidak dapat menolak kenyataan bahwa masyarakat heterogen itu juga masyarakat multilingual. Homogenitas dapat berlaku pada suatu bangsa, karena ikatan yang sama, misalnya komitmen politik, agama dan lain sebagainya.

Llamson dalam Arthur Yap (1978:80) mengutip Labov (1971:166) mengatakan bahwa “bukti-bukti semakin banyak menunjukkan bahwa masyarakat-masyarakat yang monolingual tidak sepenuhnya homogen. Jadi heterogenitas berbahasa bukan saja lumrah tetapi juga bersifat alamiah. Bila tidak terdapat alih gaya dan tidak ada sistem komunikasi yang berstrata ganda maka kondisi homogen suatu masyarakat akan mengalami kelainan fungsi. Para ahli bahasa tadinya tidak menyadari bahwa sesesungguhnya heterogenitas merupakan kekhususan masyarakat bahasa. Dengan kata lain, walaupun suatu masyarakat bersifat homogen dari perpsektif politik, sosioekonomi dan budaya, namun dari perspektif bahasa masyarakat tersebut adalah heterogen.

ASEAN ternyata terdapat dua kondisi yang berbeda, meskipun kedua-duanya mewakili masyarakat bahasa dan heterogen. Kelompok pertama mencakup tiga negara, yaitu Indonesia, Filiphina dan Thailand. Mayoritas penduduk menggunakan bahasa-bahasa yang sangat terkait satu sama lain secara genetik. Kelompok kedua meliputi Malaysia dan Singapura. Mayoritas penduduk menggunakan bahasa-bahsa yang tidak memiliki hubungan genetik (Melayu, Mandarin, Tamil dan Inggris). Kondisi sosiokultural juga menampakkan kesinambungan linier dari hubungan-hubungan dimasa silam, dari peninggalan pro-melayu, misalnya di Singapura diformalkan 4 bahasa resmi, bahasa Malaysia, Inggris, Mandarin dan Tamil. Kelompok pertama memiliki saling keterpautan antar bahasa yang dituturkan



Bilingual dan Mutilingual
Istilah bilingual, atau bilingualisme dalam bahasa Indonesia disbut juga kedwibahasaan. Secara harafiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme, yaitu berkenaan dengan pengunaan bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik, bilingulisme dapat diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannnya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya sesorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama adalah bahasa pertama (PB1) dan yang kedua mengusai bahasa keduanya (PB2). Orang yang dapat mengunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual. Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas. Selain itu ada juga istilah multilingualisme (keanekabahasaan) yakni keadaan digunakanya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Konsep umum bahwa bilingualisme adalah digunakannya dua buah bahasa oleh seoarng penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian telah menimbulkan sejumlah masalah yang biasa dibahas kalau orang memperbincangkan bilingualisme. Masalah-masalah itu adalah masalah:
1. Sejauh mana taraf kemampuan seseorang akan B2 sehingga dia dapat disebut sebagai seoarng bilingual?
2. Apa yang dimaksud dengan bahasa dalam bilingualisme ini? Apakah bahasa dalam pengertian langue, atau sebuah kode, sehingga bila termasik sebuah dialek atau sosiolek.
3. Kapans seorang bilingual menggunakan kedua bahasa itu secara bergantian? Kapan dia harus menggunakan B1-nya atau B2-nya.
4. Sejauh mana B1-nya dapat mempengaruhi B2-nya, atau sebaliknya, B2-nya mempengaruhi B1-nya.
5. Apakah bilingualisme itu berlaku pada perseorangan atau juga kelompok masyarakat.
Bloomfield dalam bukunya Language (1353-56) mengatakan bahwa bilingualisme adalah “kemampuan seseorang penutur menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya.
Pengertian bilingualisme merupakan rentangan berjenjang mulai menguasai S1 tentunya akan ditambahi. Bloomfield mengenai bilingualisme, yaitu kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua buah bahasa secara sama baiknya. Di tempat lain, Bloomfield (1933) juga mengatakan menguasai dua bahasa, berarti menguasai dua sistem kode. Kalau yang dimaksud bukan oleh Bloomfield bahwa bahasa itu bukan langue, melainkan parole, yang berupa berbagai dialek dan ragam. Seorang pakar lain Mackey (1962:12) mengatakan dengan tegas bahwa bilingualisme adalah pratik penggunaan bahasa seacr bergantian, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, oleh penutur. Tetapi pakar lain, Weinrich (1968:1) memberi pengertian bahasa dalam rati luas yakni tanpa membedakantingkat-tingkat yang didalamnya. Bagi Weinrich menguasai dua bahasa berarti dapat menguasai 2 sitem kode, dua dialek ata ragam dari bahasa yang sama.

Multingualisme pada umumnya dihubungkan dengan masyarakat multilingual, masyarakat yang anggota-anggotanya berkemampuan atau biasa menggunakan lebih dari satu bahasa ila berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat. Pemahaman terhadap masyarakat multilingual juga menghantar kita pada pemahaman akan konsep multilingualisme, yakni “gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kemampuan dan kebiasaan memaknai lebih dari 1satu bahasa.” (Harimurti, 1982:112)












DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.

Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik. Kesain Blanc. Bekasi Timur.



Di susun oleh
Arinah Fransori
Rafika Ratri Nanda
REvie Junaiarti

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

1. Bahasa Pertama dan Kedua

Setiap orang biasanya hanya mampu berbi-cara dengan menggunakan satu bahasa saja, ya-itu bahasa yang ia peroleh secara otomatis dan wajar karena biasa digunakan untuk berkomu-nikasi sehari-hari oleh orang-orang yang berada di lingkungan kelompok masyarakatnya. la tidak memahami bahasa-bahasa yang digunakan un-tuk berkomunikasi oleh orang-orang yang berada di luar lingkungan kelompok masyarakatnya. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi se-hari-hari oleh seseorang di dalam lingkungan ke-lompok masyarakatnya, yang ia peroleh secara alamiah dan wajar sejak lahir disebut bahasa ibu atau bahasa pertama orang tersebut, sedangkan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh orang-orang di luar lingkungan kelompok masya-rakatnya dinamakan bahasa asing yang apabila dipelajari oleh orang tersebut akan menjadi ba-hasa keduanya.
Istilah bahasa kedua atau second language di-gunakan untuk menggambarkan bahasa-babasa apa saja yang pemerolehannya/penguasaannya dimulai setelah masa anak-anak awal (early childhood), termasuk bahasa ketiga atau bahasa-ba-hasa lain yang dipelajari kemudian. Bahasa-ba-hasa yang dipelajari ini disebut juga dengan ba-hasa target (target language).

2. Pemerolehan Bahasa Kedua
Kondisi saling ketergantungan antara satu ne-gara dengan negara lainnya menjadikan pengua-saan bahasa kedua menjadi sesuatu yang sangat penting dewasa ini.
Kita perlu mempelajari bahasa kedua untuk ke-pentingan sektor pendidikan, pariwisata, politik dan ekonomi.
Pemerolehan bahasa kedua tidak sama de-ngan pemerolehan bahasa pertama. Pada pe-merolehan bahasa pertama siswa "berangkat dari nol" (dia belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah me-nguasai bahasa pertama dengan baik dan per-kembangan pemerolehan bahasa kedua tidak se-iring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Selain itu pemerolehan bahasa pertama dilaku-kan secara informal dengan motivasi yang sangat tinggi (siswa memerlukan bahasa pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya), sedangkan pemeroleh-an bahasa kedua dilakukan secara formal dan motivasi siswa pada umumnya tidak terlalu tinggi karena bahasa kedua tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari di lingkungan ma-syarakat siswa tersebut.

3. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Kedua.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:
1. Kemampuan bahasa.
Biasanya apabila seseorang memutuskan un-tuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa mana yang akan sukses di dalam pembe-lajaran bahasa kedua. Meskipun demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemam-puan bahasa atau language aptitude itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan. Penelitian mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude sering dikritik karena tidak relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa di sekolah-sekolah bahasa yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bahasa kedua terlepas dari apakah mereka memiliki bakat atau tidak untuk hal tersebut. Apalagi penelitian mene-mukan bahwa kemampuan bahasa atau language aptitude itu tidak dapat diubah.
2. Usia.
Sebagian besar masyarakat umum masih me-yakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Bela-jar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuk-tikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.

Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat ke-berhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk dirubah.
Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika program pembe-lajaran bahasa kedua yang diberikan berupa immersion/pembelajaran bahasa kedua dengan ter-jun langsung di lingkungan penutur asli, orang de-wasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak, hal ini di-karenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pe-ngalaman berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.

3. Strategi yang digunakan.
Penggunaan strategi yang efektif sangat pen-ting agar pembelajaran bahasa kedua dapat ber-hasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.
Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi ke-buntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.

4. Motivasi.
Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela mela-kukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keber-hasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Moti-vasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan ling-kungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah tehnik instruksi yang digunakan oleh guru.

4. Metode Pembelajaran Bahasa Kedua.
Ada banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk mempelajari bahasa kedua. Metode atau cara yang dipilih akan tergantung pada seberapa cepat dalam menguasai bahasa kedua itu, dimana kita tinggal dan berapa banyak dana yang dapat kita alokasikan untuk mencapai tujuan kita tersebut. Gabungan dari beberapa me-tode atau cara di bawah ini tentunya akan membe-rikan hasil belajar yang lebih optimal dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu metode saja.

1. Pembelajaran di dalam kelas.
Ketika kita melaksanakan pembelajaran ba-hasa kedua di dalam kelas, kita dibantu oleh guru yang senantiasa dapat memberikan materi, do-rongan dan umpan balik serta dapat menjadi la-wan untuk mempraktekkan kemampuan bahasa kedua kita. Agar dapat menyelenggarakan pem-belajaran bahasa kedua yang baik di dalam kelas, guru membutuhkan sumber-sumber pembela-jaran bahasa yang otentik. Ini terutama dibutuh-kan ketika kita mempelajari bahasa kedua di negara kita sendiri. Sumber-sumber pembela-jaran bahasa yang digunakan harus otentik dalam hal lafal, intonasi, aksen dan idiom. Tanpa adanya sumber-sumber pembelajaran bahasa seperti itu, akan sangat sulit bagi seorang guru bahasa ke-dua untuk dapat menyampaikan perasaan dan fikiran orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pertamanya. Untuk itu ketika mengajar, para guru bahasa kedua sebaik-nya hanya menggunakan rekaman suara yang di-tuturkan oleh penutur asli. Bahan-bahan penga-jaran visual seperti video atau film juga harus me-nampilkan kebudayaan orang kedua yang otentik. Jangan menggunakan video atau film yang hanya menampilkan keindahan negara penutur bahasa kedua, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah kebudayaan orang penutur bahasa kedua. Video atau film seperti itu biasanya ditujukan hanya kepada para turis saja.
Selain itu guru/pihak sekolah dituntut untuk mampu menyediakan koran dan majalah dalam bahasa kedua karena merupakan dua sumber ba-caan yang valid dan selalu memberikan informasi terkini mengenai kebudayaan orang kedua.

2. Pembelajaran otodidak.
Metode ini dapat dilakukan dengan cara mem-beli CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang banyak di jual di toko-toko buku/kaset atau dapat dipesan on-line melalui Internet. Kelemahan mendasar dari metode belajar ini adalah tidak ada-nya guru yang mendampingi, sehingga ketika sis-wa perlu bertanya, tak ada seorang pun yang da-pat menjawab. Namun demikian CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua sekarang ini telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar sendiri. Keberhasilan siswa di dalam pembelajaran bahasa kedua dengan mengguna-kan metode ini akan sangat tergantung pada ting-kat keseriusan siswa di dalam belajar dan kualitas CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang siswa beli.

3. Pertukaran bahasa.
Belajar bahasa kedua dengan menggunakan metode ini menuntut siswa untuk mencari penutur asli bahasa kedua yang sedang dipelajarinya dan yang ingin mempelajari bahasa ibu atau bahasa pertama siswa tersebut, sehingga keduanya da-pat saling mengajari bahasanya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan mengakses bebe-rapa situs di Internet yang menyediakan jasa ter-sebut. Altematif lain dari metode ini adalah dengan mencari penutur asli sebagai teman berkorespon-densi. Seorang guru bahasa kedua harus mendo-rong siswanya untuk berkorespondensi dengan orang penutur bahasa kedua.
Dengan berkorespondensi siswa dapat banyak berlatih bagaimana menulis dengan konteks situasi-situasi keseharian. Selain itu siswa akan dapat bertukar fikiran dengan penutur asli bahasa kedua, memahami sikap dan perilakunya yang merupakan gambaran dan budayanya. Korespon-densi juga dapat memberikan motivasi kepada pelajar untuk melakukan perjalanan ke 0luar negeri yang merupakan metode belajar yang terakhir.


4. Melakukan perjalanan dan tinggal selama beberapa waktu di luar negeri.
Dengan melakukan perjalanan ke luar negeri atau bahkan berkesempatan untuk tinggal selama beberapa waktu di luar negeri, siswa akan dapat memahami budaya orang-orang setempat. la dapat melihat dan menyadari persamaan mau-pun perbedaan antara kebudayaan bangsanya dan kebudayaan bangsa yang bahasanya sedang ia pelajari. Selain itu perjalanan ke luar negeri juga akan membuat siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa kedua dengan lebih baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan pembelajaran bahasa kedua di dalam negeri saja, karena di lingkungan barunya ini siswa mene-mukan tak seorang pun mampu menggunakan bahasa pertamanya, sehingga ia "terpaksa" harus senantiasa menggunakan bahasa kedua untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya agar dapat bertahan hidup.
Terampil dalam empat ketrampilan bahasa yang berbeda yaitu berbicara dan menulis (kete-rampilan aktif) serta mendengar dan membaca (keterampilan pasif) merupakan tujuan akhir dari setiap pembelajaran bahasa kedua. Penulis ber-harap apa yang telah penulis paparkan di atas dapat membantu anda di dalam proses pembe-lajaran bahasa kedua yang sedang anda jalani. (http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala /Artikel Cakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/174/PEMEROLEHAN-BAHASA -KEDUA.aspx)

5. Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa. Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal, secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua, mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit, pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.
Pandangan pemerolehan bahasa secara alami yang merupakan pandangan kaum nativistis yang diwakili oleh Noam Chomsky, berpendapat bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Hakikatnya, pola perkembangan bahasa pada berbagai macam bahasa dan budaya. Lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam pemerolehan bahasa. Anak sudah dibekali apa yang disebut peranti penguasaan bahasa (LAD).
Pandangan pemerolehan bahasa secara disuapi adalah pandangan kaum behavioristis yang diwakili oleh B.F. Skinner dan menganggap bahasa sebagai suatu yang kompleks di antara perilaku-perilaku lain. Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima pasif dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam perilaku verbalnya. Perkembangan bahasa ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan lingkungannya. Anak dapat menguasai bahasanya melalui peniruan. Belajar bahasa dialami anak melalui prinsip pertalian stimulus respon.
Perkembangan bahasa anak adalah suatu kemajuan yang sebarang hingga mencapai kesempurnaan. Pandangan kognitif diwakili oleh Jean Piaget dan berpendapat bahwa bahasa bukan ciri alamiah yang terpisah melainkan satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. Yang penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya.
Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Di dalam kelas ada saja buah yang dapat dianggap sangat penting dan mendasar dalam proses belajar bahasa, yaitu (1) belajar bahasa adalah orang, (2) belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis, dan (3) belajar bahasa adalah: orang-orang dalam responsi.
Pemerolehan bahasa bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya. Modifikasi-modifikasi ini merupakan pikiran untuk membantu proses pemerolehan tersebut.

6. Hubungan antara Pemerolehan Bahasa Pertama dan Pemerolehan Bahasa Kedua
Ciri-ciri pemerolehan bahasa mencakup keseluruhan kosakata, keseluruhan morfologi, keseluruhan sintaksis, dan kebanyakan fonologi. Istilah pemerolehan bahasa kedua atau second language aqcuisition adalah pemerolehan yang bermula pada atau sesudah usia 3 atau 4 tahun. Ada pemerolehan bahasa kedua anak-anak dan pemerolehan bahasa kedua orang dewasa.
Ada lima hal pokok berkenaan dengan hubungan pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa kedua. Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi sesudah perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai, dalam pemerolehan bahasa pertama pemerolehan lafal dilakukan tanpa kesalahan, sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua itu jarang terjadi, dalam pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ada kesamaan dalam urutan perolehan butir-butir tata bahasa, banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa. Kedua, suatu ciri yang khas antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua belum tentu ada meskipun ada persamaan perbedaan di antara kedua pemerolehan.
Ada tiga macam pengaruh proses belajar bahasa kedua, yaitu pengaruh pada urutan kata dan karena proses penerjemahan, pengaruh pada morfem terikat, dan pengaruh bahasa pertama walaupun pengaruh isi sangat lemah (kecil).

7. Strategi Pemerolehan Bahasa Kedua
Perlu diingat bahwa strategi-strategi yang telah dikenal perlu dibagi ke dalam komponen-komponennya. Strategi pertama berpegang, pada semboyan: gunakanlah pemahaman nonlinguistik Anda sebagai dasar untuk penetapan atau pemikiran bahasa, Strategi ini berlangsung dan beroperasi pada tahap umum dalam karya Brown mengenai dasar kognitif ujaran tahap I. Strategi pertama ini memiliki rerata Panjang Ucapan; rata-rata (PUR) sebesar 1,75, dan Loncatan Atas (LA) sebesar 5. Adapun objek dan persona terus-menerus ada walaupun di luar jangkauan pandangan yang merupakan pemahaman nonlinguistik yang menjadi dasar atau landasan bagi pengarah bahasa atau terjemahan anak-anak terhadap ketidakstabilan atau kemudahan mengalirkan pemikiran ke dalam kategori-kategori bahasa yang lebih pasti. Penggunaan pemahaman nonlinguistik untuk memperhitungkan serta menetapkan hubungan-hubungan makna-ekspresi bahasa merupakan suatu strategi yang amat persuasif atau dapat merembes pada diri anak-anak.
Strategi kedua berpegang pada semboyan: gunakan apa saja atau segala sesuatu yang penting, yang menonjol dan menarik hati Anda. Ada dua ciri yang kerap kali penting dan menonjol bagi anak-anak kecil dan berharga bagi sejumlah kata-kata pertama mereka yaitu objek-objek yang dapat membuat anak-anak aktif dan giat (misalnya kunci, palu, kaos kaki, topi) dan objek-objek yang bergerak dan berubah (seperti mobil, jam). Sifat-sifat atas ciri-ciri perseptual dapat bertindak sebagai butir-butir atau titik-titik vokal bagi anak-anak (misalnya bayangan, ukuran, bunyi, rasa, bentuk). Anak-anak memperhatikan objek-objek yang mewujudkan hal-hal yang menarik hati ini; dan mereka memperhatikan cara menamai objek-objek itu dalam masyarakat bahasa. Perhatian anak-anak juga bisa pada unsur bahasa yang memainkan peranan penting sintaksis dan semantik dalam kalimat. Pusat perhatian tertentu bagi seorang anak mungkin saja berbeda pada periode yang berbeda pada setiap anak.
Strategi ketiga berpegang pada semboyan: anggaplah bahwa bahasa dipakai secara referensial atau ekspresif dan dengan demikian menggunakan data bahasa. Anak-anak kelompok referensial memiliki 50 kata pertama mencakup suatu proporsi nomina umum yang tinggi dan yang seakan-akan melihat fungsi utama bahasa sebagai penamaan objek-objek. Anak kelompok ekspresif memiliki 50 kata pertama secara proporsional mencakup lebih banyak kata yang dipakai dalam ekspresi-ekspresi sosial (seperti terima kasih, jangan begitu) dan lebih sedikit nama-nama objek yang melihat bahasa (terutama sekali) sebagai pelayanan fungsi-fungsi sosial efektif. Kedua kelompok anak itu menyimak bahasa sekitar mereka secara berbeda. Kelompok yang satu memperlakukan bahasa yang dipakai untuk mengacu, sedangkan kelompok yang satu lagi, kepada bahasa yang dipakai untuk bergaul, bersosialisasi. Ada tujuh fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasi, fungsi interaksi, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif. Fungsi instrumental bahasa berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, mengkomunikasikan tindak. Fungsi regulasi atau pengaturan berkenaan dengan pengendalian peristiwa, penentuan hukum dan kaidah, pernyataan setuju tidak setuju. Fungsi representasi berkenaan dengan pernyataan, menjelaskan melaporkan. Fungsi interaksi berkaitan dengan hubungan komunikasi sosial. Fungsi personal berkenaan dengan kemungkinan seorang pembicara mengemukakan perasaan, emosi, dan kepribadian. Fungsi heuristik berkaitan dengan perolehan pengetahuan dan belajar tentang lingkungan. Fungsi imajinatif berkaitan dengan daya cipta imajinasi dan gagasan.
Strategi keempat berpegang pada semboyan: amatilah bagaimana caranya orang lain mengekspresikan berbagai makna. Strategi ini baik diterapkan pada anak yang berbicara sedikit dan seakan-akan mengamati lebih banyak, bertindak selektif, menyimak, mengamati untuk melihat bagaimana makna dan ekspresi verbal saling berhubungan. Strategi ini mengingatkan kepada gaya atau preferensi belajar yang berbeda pada anak-anak yang berlainan usia dalam situasi belajar yang lain pula.
Strategi kelima berpegang pada semboyan: ajukanlah pertanyaan-pertanyaan untuk memancing atau memperoleh data yang Anda inginkan, anak berusia sekitar dua tahun akan sibuk membangun dan memperkaya kosakata mereka. Banyak di antara mereka mempergunakan siasat bertanya atau strategi pertanyaan. Siasat ini seolah-olah merupakan sesuatu yang efektif, karena setiap kali dia bertanya: apa nih? apa tu? maka teman bicaranya mungkin menyediakan label atau, nama yang tepat. Suatu pola yang menarik terjadi pada penggunaan pertanyaan mengapa pada usia sekitar

8. Peranan Bahasa Pertama dalam Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Bahasa pertama mempunyai pengaruh positif yang sangat besar terhadap bahasa kedua sebesar 4 – 12 % dari kesalahan-kesalahan dalam tata bahasa yang dibuat oleh anak-anak berasal dari bahasa pertama, sebesar 8 – 23 % merupakan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh orang dewasa. Mayoritas kesalahan-kesalahan tersebut lebih banyak dalam susunan kata daripada dalam morfologi. Bidang yang sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama adalah pengucapan. Anak-anak memproses sistem bunyi baru melalui pola-pola fonologis bahasa pertama pada tahap-tahap awal pemerolehan bahasa kedua, tetapi secara berangsur-angsur mereka bersandar pada sistem bahasa kedua dan aksen atau tekanan (logat) mereka pun menghilang.
Pengaruh bahasa pertama kian bertambah pada bahasa kedua jika pelajar diharapkan menghasilkan bahasa kedua sebelum dia mempunyai penguasaan yang cukup memadai terhadap bahasa barunya. Pelajar akan bergantung pada struktur-struktur bahasa pertama, baik dalam upaya komunikasi maupun terjemahan. Pengaruh bahasa pertama juga merupakan fakta dalam interaksi yang terjadi antara bahasawan bahasa pertama dan bahasa kedua.

Satu-satunya sumber utama kesalahan-kesalahan sintaksis dalam penghasilan bahasa kedua orang dewasa adalah bahasa pertama si pelaku. Ada pandangan yang menyatakan bahwa kesalahan bukan bersumber pada struktur bahasa pertama, melainkan pada latar belakang linguistik yang berbeda-beda dari bahasa kedua (B2) pelajar.
Pengaruh bahasa pertama terlihat paling kuat dalam susunan kata kompleks dan dalam terjemahan frase-frase, kata demi kata. Pengaruh bahasa pertama lebih lemah dalam morfem terikat. Pengaruh bahasa pertama paling kuat atau besar dalam lingkungan-lingkungan pemerolehan yang rendah.
Pengaruh bahasa pertama bukanlah merupakan hambatan atau rintangan proaktif, melainkan akibat dari penyajian yang justru diperbolehkan menyajikan sesuatu sebelum dia mempelajari perilaku baru itu. Pengobatan atau penyembuhan bagi interferensi hanyalah penyembuhan bagi ketidaktahuan belajar. Bahasa pertama dapat merupakan pengganti bahasa kedua yang telah diperoleh sebagai suatu inisiator atau pemrakarsa ucapan apabila pelajar bahasa kedua harus menghasilkannya dalam bahasa sasaran, tetapi tidak cukup kemampuan bahasa kedua yang telah diperolehnya. Pengaruh bahasa pertama merupakan petunjuk bagi pemerolehan yang rendah. Anak-anak mungkin membangun atau membentuk kompetensi yang diperoleh melalui masukan. Kurangnya desakan penghasilan ujaran lisan akan menguntungkan bagi anak-anak dan orang dewasa menelaah bahasa kedua dalam latar-latar formal.
Pengaruh bahasa pertama dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak alamiah. Seseorang dapat saja menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa kedua tanpa suatu pemerolehan. Jika bahasa kedua berbeda dengan bahasa pertama, model monitor dapat dipakai dengan menambahkan beberapa morfologi dan melakukannya dengan sebaik-baiknya untuk memperbaiki susunan kata. Pemerolehan bahasa mungkin pelan-pelan, tetapi dalam jangka panjang akan lebih bermanfaat kalau bahasa dipergunakan untuk maksud dan tujuan komunikasi.

A. Input dan Interaksi dalam Proses Pemerolehan Bahasa
Seorang anak akan dihadapkan pada dua penguasaan bahasa dalam mempelajari bahasa kedua (B2) yaitu memperoleh bahasa pertama sedangkan ia sendiri akan berupaya mempelajari bahasa kedua. Bahasa antara adalah bentuk ujaran yang belum atau tidak ada modelnya pada kedua bahasa baik bahasa pertama maupun bahasa kedua, bahasa sumber maupun bahasa sasaran, bahasa ibu maupun bahasa yang dipelajari. Ideosinkresi adalah bentuk ujaran yang tidak terdapat dalam model bahasa kedua atau yang dipelajari.
Proses belajar bahasa berkembang melalui beberapa tahap. Tahap kompetensi perantara disebut kompetensi trasisional atau bahasa antara. Setiap bahasa antara mewakili satu tahap kompetensi yang berisi bentuk-bentuk yang benar maupun yang tidak benar dalam bahasa yang dipelajari. Ada empat kompetensi yakni kompetensi formal, kompetensi semantik, kompetensi berkomunikasi, dan kreativitas. Keempat kompetensi itu dikuasai secara bertahap. Ada empat pemerolehan dalam belajar bahasa yaitu menguasai bunyi bahasa, menguasai bentuk kata, menguasai kalimat, dan menguasai makna. Empat pemerolehan ini lama-kelamaan berlangsung secara otomatis dan pada akhirnya digunakan siswa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga persoalan utama proses belajar yaitu (1) Perbedaan antara dominasi yang tak dapat dihindari, terdapat di dalam otak siswa yang mempelajari bahasa pertama dengan ketidakcakapan siswa menguasai bahasa kedua, (2) pilihan implisit-eksplisit, (3) dilema komunikasi dengan kode.
Terdapat hipotesis yang disusun dalam bagian-bagian yang berhubungan dengan komponen pemerolehan bahasa kedua yang ditinjau dari segi umum, situasi, masukan, perbedaan-perbedaan pelajar, proses-proses dan keluaran linguistik. Hipotesis segi umum ini membicarakan perihal bagaimana pemerolehan bahasa kedua, apakah mengikuti perkembangan alamiah atau tidak, dan apakah ada keragaman di antaranya, bagaimana secara vertikal dan bagaimana secara horisontal. Hipotesis segi situasi membicarakan faktor-faktor situasional yaitu siapa ditujukan kepada siapa, kapan, tentang apa, dan di mana serta apakah mempengaruhi urutan perkembangan atau tidak, apakah merupakan penyebab utama bahasa pemeroleh. Hipotesis input atau masukan membicarakan masukan dan interaksi sekaligus, apakah dapat menentukan perkembangan pemerolehan atau tidak. Hipotesis perbedaan pelajar menyangkut personalitas pelajar bahasa baik itu sikap, persepsi, minat maupun motivasi, serta apakah bahasa pertama dapat mempengaruhi perkembangan pemerolehan. Hipotesis proses-proses pelajar membicarakan bahasa antara, keuniversalan bahasa serta korolari. Hipotesis keluaran linguistik menyangkut sifat keluaran linguistik, apakah formulaik atau tidak, kreatif atau monoton, bervariabel atau tidak, dinamis atau statis, sistemis atau sistematis.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai tiga fungsi, yaitu: sebagai alat pemersatu suku-suku bangsa di Indonesia, sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional, dan sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antar- daerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi dalam kepentingan kenegaraan, alat perhubungan pada tingkat nasional, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, dan sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok di SD, SMTP, SMTA, bahkan sampai di perguruan tinggi.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980 tercatat bahwa bahasa Indonesia dipakai sehari-hari di rumah hanya oleh 12% penduduk Indonesia, bahasa Jawa 40 %, sedangkan bahasa Sunda 15 %. Di antara 146 juta jiwa penduduk Indonesia hanya 12 % yang berbahasa Indonesia sehari-hari. Golongan umur 25 – 49 tahun merupakan kelompok umur yang tertinggi dalam pemakaian bahasa Indonesia, kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 4.103.00 jiwa, sedangkan di kalangan anak-anak, kelompok 0-4 hanya sebesar 2.692.000 jiwa dan kelompok umur 5-9 tahun sebesar 2.446.000 jiwa.

Berdasarkan jenis kelamin penduduk, jumlah penduduk kota, laki-laki dapat berbahasa Indonesia sebesar 81% sedangkan yang perempuan 84 %. Di desa, jumlah penduduk laki-laki dapat berbahasa Indonesia adalah 60 % sedangkan yang perempuan adalah 49%.
DKI Jakarta menduduki peringkat terbaik dalam keniraksaraan, yaitu hanya 5 % sedangkan propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 53 %. Perolehan bahasa Indonesia dapat dilihat dari beberapa sudut yaitu sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, oleh orang dewasa atau anak-anak, di kota besar atau di desa.
Cukup besar perbedaan persentase anak belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dengan orang dewasa. Di kota besar 24,4 % berbanding 5 % dan di desa 16,2 % berbanding 3,2 %. Secara keseluruhan perbedaannya ialah 21,3 % untuk anak-anak dan 43 % untuk orang dewasa. Hal itu berhubungan dengan pola berbahasa masyarakat kota dan desa, yang lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia untuk media dalam berbagai lingkungan kebahasaan dan heterogenitas kebahasaan yang ada.
Di Amerika Serikat, setelah orang dan bahasa-bahasa India hampir lenyap dalam abad ke-19, ada penambahan dari tahun 1950 ke tahun 1960 dan dari tahun 1960 ke tahun 1970. Pada tahun 1975, + 17 % orang Amerika menyatakan memakai bahasa lain selain dari bahasa Inggris dalam masa kanak-kanak.
Pemerolehan Bahasa Kedua
Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.
Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.

C. Empirisme Dalam Teori Belajar B2
Teori belajar behavioris bersifat empiris, didasarkan atas data yang dapat diamati.
Kaum behavioris berpendapat bahwa proses belajar pada manusia sama dengan proses belajar pada binatang.
Kaum behavioris menganggap bahwa proses belajar bahasa adalah sebagian saja dari proses belajar pada umumnya.
Menurut kaum behavioris manusia tidak memiliki potensi bawaan untuk belajar bahasa.
Kaum behavioris berpendapat bahwa pikiran anak merupakan tabula rasa (kertas kosong) yang akan diisi dengan asosiasi antara S dan R.
Menurut pandangan mereka semua perilaku merupakan respons terhadap stimulus. Perilaku terbentuk dalam rangkaian asosiatif.
Belajar adalah proses pembentukan hubungan asosiatif antara stimulus dan respons yang berulang-ulang. Pembentukan kebiasaan ini disebut pengkondisian.
Pengkondisian selalu disertai ganjaran sebagai penguatan asosiasi antara S dan R.
Bahasa manusia merupakan suatu sistem respons yang canggih yang terbentuk melalui pengkondisian operant/belajar verbal (bahasa).

D. Rasionalisme dalam Teori Belajar B2
Teori belajar bahasa yang termasuk aliran rasionalisme ialah teori tata bahasa universal, teori monitor dan teori kognitif.
Teori tata bahasa universal mencakup seperangkat elemen gramatikal atau prinsip-prinsip yang secara alami ada pada semua bahasa manusia.
Prinsip-prinsip di atas merupakan hasil perangkat pemerolehan bahasa (LAD) yang mencakup prinsip-prinsip universal substantif dan prinsip universal formal.
Menurut Chomsky prinsip universal “ditemukan” oleh anak membentuk “tata bahasa inti” yang sama dalam semua bahasa. Di samping tata bahasa inti di dalam bahasa, ada tata bahasa “periferal” yang tidak ditentukan oleh tata bahasa universal.
Krashen mengemukakan model belajar yang disebut “model monitor” yang mencakup 5 hipotesis, yaitu hipotesis perbedaan pemerolehan dan proses belajar bahasa, hipotesis tentang urutan alamiah pemerolehan struktur gramatikal, hipotesis monitor, hipotesis masukan, dan hipotesis saringan.

Menurut Krashen, belajar hanya dapat berfungsi sebagai monitor bila disertai dengan kondisi yang memadai.
Melalui pemerolehan yang terjadi di bawah sadar anak-anak mendapatkan intuisi bahasa (rasa bahasa), yang tidak diperoleh melalui proses belajar terutama pada tahap awal.
Teori kognitif bersumber pada psikologi kognitif dan berfokus pada proses kognitif yang lebih umum. Menurut teori kognitif, belajar bahasa terjadi sebagai pemerolehan keterampilan kognitif yang kompleks. Untuk mencapai kemahiran bahasa sub-subketerampilannya harus dilatih, diotomatisasikan, diintegrasikan, dan diorganisasi-kan ke dalam sistem yang sudah dimiliki, yang selalu berubah strukturnya sesuai dengan perkembangan kemahiran.
Pada tahun 80-an Titone mengajukan model belajar bahasa yang disebut model Holodinamik (HDM). Model ini menunjukkan perpaduan ciri-cici aliran beha-viorisme dan aliran kognitif serta sangat mementingkan aspek-aspek kepribadian. Model ini mencakup tiga tingkat yaitu tingkat ego, strategi, dan taktik. 3 tahun. (http://pakdesofa.wordpress.com)

DAFTAR PUSTAKA

Krashen, Stephen D. Principle and Practice in Second Language Acquisition, Prentice-Hall International, 1987. (http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala /Artikel Cakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/174/PEMEROLEHAN-BAHASA-KEDUA.aspx). Diakses Tanggal 9 Juni 2009.

http://pakdesofa.wordpress.com/ Diakses Tanggal 9 Juni 2009.