Aku Wanita Bernyawa Sembilan

Jumat, 16 Oktober 2009


Terdengar sayu sendu itu
Lemah gemulai mengusik gerakku
Latar yang elopk dan mendayu
Raga, hati dan batinku satu

Serang menyerang emosi itu
Gelora hati yang memacu nafsuku
Memancing egoku tuk berseru
Menyapa dan memperdengarkan laguku

Aku wanita bernyawa sembilan
Tak kan hilang oleh waktu
Tak kan mati oleh pedang
Aku wanita berjubah hitam
Menyelubungi kehidupan dan duniamu
Menguasai masa dan peradapan

Koper, ransel dan sepatu
Lambang dari derai langkahku
Membaca cahaya harapan serta senyuman
Tuk semua ciptaan dan insan

Gelas, sendok dan garpu
Bentuk dari cinta dan kasihku
Ukiran atas pengertian dan perhatian
Kepada idaman hati yang tersayang

Buku, pena dan coretan
Simbol dari diriku yang berpendidikan
Membimbing dan mengarahkan tujuan
Tanpa persiapan dan pelatihan

Tapi,
Aku tak kan pernah diam
Saat gelap menghitamkan negeriku
Kala hujan membanjiri ladangku
Di saat api melenyapkan bumiku
Dan di kala asap memudarkan langkahku

Aku seorang ksatria
Berperang dalam gejolak evolusi global
Bertempur di arena degradasi moral
Berjuang di atas atap kemisikinan

Saat ibunda pertiwiku mulai senja
Saat anak negeriku brutal
Dan di saat pemuda bangsaku lalai
Seperti perisai aku selalu terdepan

Tapi, semua itu hanya ungkapan
Jendela dan sindiran menuju gerbang masa depan
Lalu,
Ku bimbing dan ku arahkan peluru
Dengan bingkai dunia pendidikan
Agar anak negeriku menjadi hijau selalu


0 komentar: