ARGUMENTASI

Selasa, 26 Januari 2010

Proses Realisasi Faktor Penunjang Kemajuan Pendidikan

Proses realisasi pemenuhan faktor pendukung pendidikan harus di penuhi guna terciptanya sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan persainngan bebas yang terjadi di era globalisai. Saat ini sangat dibutuhkan individu yang berkualitas baik dalam segi akademik maupun mengenai keterampilan lainnya. Faktor-faktor pendukung tersebut harus terpenuhi dengan para aktivitasnya bersikap seoptimal mungkin guna terciptanya sistem pendidikan yang baik. Bagaimana proses realisasinya didalam dunia pendidikan? Sebuah pertanyaan yang harus kita jawab, yaitu dengan bekerja sama dan saling mendukung.
Guru merupakan salah satu pelaku pendidikan dan peran guru sangatlah besar bagi seorang peserta didik. Jika guru tersebut bekerja dengan maksimal dan melaksanakan peran sertanya sebaik mungkin sebagai seorang guru maka muridnya akan tumbuh dan berkembang menjadi siswa yang pintar dan terampil. Tetapi saat ini banyak pula oknum guru yang mengecewakan salah satu contohnya dalam dunia pendidikan adalah kurangnya motivasi dalam menulis. Padahal guru bertugas untuk membimbing dan mengarahkan siswa. Terkadang untuk membuat karya tulis yang diajukan dalam pengurusan kenaikan pangkat saja, banyak yang tidak bisa. Padahal, guru harus membuat karya tulis kalau mau cepat naik pangkat. Padahal jika kita sadari banyak hal yang diperoleh seorang guru saat ia mengajarkan ilmu pada murid-muridnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yunis (2008) “Dilihat dari perspektif guru sebagai subjek, sebagai praktisi pendidikan para guru memiliki potensi menulis yang sangat besar. Ya, guru sebenarnya memiliki segudang bahan berupa pengalaman pribadi tentang system dan model pembelajaran yang dijalankan”. Guru bisa menulis tentang indahnya menjadi guru, atau bisa juga menuliskan soal duka cita menjadi guru. Hal inilah yang perlu kita perhatikan dalam proses pemenuhan faktor-faktor penunjang kemajuan dunia pendidikan. Selajutnya guna memberikan proses pemahaman terhadap siswa, bagaimana agar seorang guru mampu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan peka terhadap siswanya. Seorang guru benar-benar meletakkan potensinya didalam bidang yang ia tekuni dengan sebaik mungkin, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2002) Kegiatan utama dari pendidikan adalah untuk membawa pembelajaran pada suatu kemungkinan. Proses pembelajaran ini membutuhkan partisipasi dalam perannya, pelajar melalui penggunaan Bahasa Indonesia sebagai suatu arti dari komunikasi verbal. Ini adalah salah satu contoh tetapi jika kita tinjau dari segi positif masih banyak pula guru yang tetap berperan dan terus berpastisipasi pada perannya sehingga meningkatkan mutu pendidikan kita. Guru juga harus mampu meneliti dan menelaah kondisi keadaan siswa. Ia harus mampu mengetahui bagaimana memberikan setiap detik siswanya untuk belajar dan menjadi terampil. Salah satu contoh adalah pernyataan dari Yuliarti (2007) “Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis puisi adalah pemanfaatan majalah cetak sekolah. Majalah cetak merupakan salah satu jenis majalah sekolah yang dapat dimanfaatkan dalam rangka menunjang proses pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi di sekolah”. Dinyatakan bahwa dalam proses pembelajaran ada metode lain yang harus dilakukan agar sistem pembelajarannya tidak monoton.
Pemenuhan kebutuhan faktor pendukung lainnya adalah sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Jika kita perhatikan hal ini pula sangat penting, karena berperan sebagai objek yang harus digunakan dan dimanfaatkan. Apalagi saat ini dengan seiring berkembangnya zaman yang difasilitasi dengan bermacam-macam teknologi baru dalam proses pembelajaran. Harus di penuhi agar kegiatan ini terealisasi dengan baik. Salah satu contohnya berdasarkan pendapat Iswara (2008) “Tidak diragukan lagi bahwa komputer tidak hanya diperlukan oleh orang berdisiplin ilmu komputer saja. Komputer bahkan telah menjadi kebutuhan pribadi setiap individu. Idealnya, satu komputer untuk satu orang”. Tetapi untuk secara cepat memfasilitasi diri dengan berbagai sistem teknologi cukup sulit, karena banyak faktor yang harus dipenuhi. Padahal kita tahu sarana dan prasaranalah yang berperan amat penting dalam proses pembelajaran.
Kita tidak sepenuhnya harus menuntut penenuhan faktor pendukung kemajuan pendidikan hanya dari sesosok guru yang mengajar, bukan hanya kepala sekolah, maupun pemerintah tetapi dukungan dari berbagai aspek kehidupan. Tetapi saat ini kita harus sedikit kecewa dan menundukkan kepala saat melihat hasil dari proses pendidikan selama ini. Salah satu contoh yang mengecewakan adalah pernyataan dari
Kemalawati (2008) ‘‘berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh tim investigasi, telah terbukti adanya kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan UN. Dugaan kecurangan dalam UN merebak karena ada sekolah yang tingkat kelulusannya mencapai 100 persen. Sebaliknya ada sekolah yang angka kelulusannya nol persen”. Sebenarnya apakah yang menjadi penyebab polemik yang satu ini? Apakah sarana dan prasana yang tidak terpenuhi? Atau alasan lain yaitu karena pemerintah yang terlalu beresiko meningkatkan nilai kelulusan, atau seorang guru yang kurang mendidik anak muridnya ataukah siswa itu sendiri yang tidak memiliki motivasi dalam belajar? Sebenarnya yang harus kita lakukan bukan mencari siapa penyebab dari masalah ini. Kita harus bisa menyelesaikan masalah tersebut secara bersama-sama agar dunia pendidikan kita menjadi lebih baik.
Tetapi tahukah Anda? Bahwa hal tersebut dikarenakan para aktivis pendidikan kita tidak meletakkan peran sertanya diposisi yang seharusnya. Masih ada kekurangan yang harus di perbaikki dan terus dibenahi secara akurat. Kurangnya pemenuhan kebutuhan faktor pendukung kemajuan pendidikan pun tidak bisa terealisasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Iswara. 2008.‘‘Penelitian E-Learning sebagai Ranah Penelitian Pendidikan Bahasa di UPI Kampus Sumedang ‘‘.http://jurnal-sastra.blogspot.com/search?q=pendidikan.
Diakses tanggal 12 Juni 2008.

Kemalawati, D. 2008. “Jujurkah Dunia Pendidikan Kita” http://pakguruonline. pendidikan.net/jujurkah_pendidikan_kita.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Suyono. (2002) “Bahasa Indonesia dalam Pendidikan dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Di Sekolah”. http://www.malang.ac.id/jurnal/fs/bani/2002a.htm. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Yuliarti, T. 2007. “Pemanfaatan Bianglala dalam Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas IV ‘‘.http://jurnaljpi.wordpress.com/category/bahasa-indonesia/. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Yunis, T. 2008. “Bila Guru Mau Menulis” http://pakguruonline.pendidikan.net,/bila_ guru_mau_menulis.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.

0 komentar: